Jump to ratings and reviews
Rate this book

Ping! A Message from Borneo

Rate this book
Merupakan Juara I Lomba Novel 30 hari 30 Buku Bentang Belia : Molly gadis penyayang binatang tingkat akut. Ia nekat mengiyakan ajakan Nick, teman bule-nya untuk ikut meneliti orang utan di hutan Kalimantan. Tanpa pikir panjang, Molly terbang menyusul Nick demi menemui langsung binatang yang hampir punah itu. Itung-itung sekalian liburan. Di sela petualangannya, Molly bertemu dengan Archi, sahabatnya waktu SMA. Archi kini berbeda. Selain makin ganteng, ia juga menentang keras kegemaran Molly pada keselamatan satwa. Putra tunggal pengusaha sawit terkenal itu juga bersikap enggak ramah pada Nick. Liburan yang seharusnya asyik pun dirusak oleh pertengkaran. Mungkinkah sikap Archi ini karena cemburu pada Nick? Atau ada hubungannya dengan bisnis sawit ayahnya?

Paperback

First published March 1, 2012

8 people are currently reading
93 people want to read

About the author

Riawani Elyta

33 books102 followers
facebook : Riawani Elyta
twitter : @RiawaniElyta
email : riawanielyta@gmail.com


Novel:
1. Tarapuccino (bersama Rika Y. Sari, Penerbit Indiva Media Kreasi 2009)
2. Hati Memilih (Bukune 2011)
3. Izmi & Lila (Divapress 2011)
4. Persona Non Grata (Indiva Media Kreasi 2011)
5. Yang Kedua (Bukune 2012)
6. Ping! (bersama Shabrina WS, Bentang Pustaka 2012)
7. The Coffee Memory (Bentang Pustaka 2013)
8. Jasmine (Indiva Media Kreasi 2013)
9. A Cup of Tarapuccino (bersama Rika Y. Sari, Indiva Media Kreasi 2013)
10. First Time in Beijing (#STPC Bukune 2013)
11. Perjalanan Hati (Rak Buku 2013)
12. A Miracle of Touch (GPU, 2013)
13. Dear Bodyguard (Bentang Pustaka, 2013)
14. Gerbang Trinil (duet bersama Syila Fatar, Moka Media)
15. Rahasia Pelangi (duet bersama Shabrina WS, GagasMedia, 2015)
16. The Secret of Room 403 (Indiva Media Kreasi, 2016)
17. Love Catcher (Gagas Media ; 2017)

Non Fiksi :
1. Kitab Sakti Remadja Oenggoel (bersama Oci YM, Indiva Media Kreasi 2013)
2. Sayap-sayap Sakinah (bersama Afifah Afra, Indiva Media Kreasi, 2014)
3. Sayap-sayap Mawaddah (bersama Afifah Afra, Indiva Media Kreasi, 2015)
4. I Will Survive (bersama Oci YM, Indiva Media Kreasi, 2016)
5. Sayap-sayap Rahmah (bersama Afifah Afra, Indiva Media Kreasi, 2017)

Antologi :
1. LDR Crazylove (Bentang Belia, 2012)
2. My Stupid Love (Indiva Media Kreasi, 2013)
3. Jomblo Prinsip Atau Nasib (Indiva Media Kreasi, 2015)
4. Ramadhan in Love (Indiva Media Kreasi, 2015)
5. Jejak Kaki Misterius (Indiva Media Kreasi, 2016)

Beberapa penghargaan lomba menulis :
1. Pemenang I Resensi Indiva (2008)
2. Pemenang II Sayembara Cerber Femina (2008)
3. Pemenang Harapan Sayembara Cerber Femina (2009)
4. Pemenang Hiburan Feature Ufuk Dalam Majalah Ummi (2009)
5. Pemenang II Lomba Novel Inspiratif Indiva (2010)
6. Pemenang I Lomba Novel Remaja Bentang Belia (2011)
7. Pemenang Berbakat Lomba Novel Amore 2012
8. Pemenang 1 Indiva Reading and Review Challenge (2015)
9. Pemenang Harapan Lomba Menulis Novel Indiva (2015)
10. Pemenang 2 Lomba Resensi Novel "Pulang" (2015)
11. Pemenang 1 Lomba Blog StilettoBook (2016)
12. Pemenang 2 Lomba Resensi Novel "Ayat-ayat Cinta 2" (2016)
13. Pemenang 1 Lomba Resensi Buku "Cerdas Mengelola Keuangan Pribadi" (2016)

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
16 (15%)
4 stars
48 (45%)
3 stars
30 (28%)
2 stars
9 (8%)
1 star
3 (2%)
Displaying 1 - 26 of 26 reviews
Profile Image for Afifah.
Author 62 books221 followers
March 2, 2013
Sebenarnya tema novel ini bagus dan unik. Jarang novelis lokal yang mau mengangkat tema-tema konservasi dan konflik antara kepentingan ekologi vs ekonomi. Mungkin tema yang kuat inilah yang membuat novel ini terpilih sebagai juara 1 salah satu lomba kepenulisan yang diselenggarakan penerbit yang bersangkutan.
Borneo, beberapa penggal lokasinya sudah saya lihat dengan mata kepala sendiri, saat melewati hutan yang ditetapkan sebagai taman nasional daerah Kutai, namun nyatanya justru gersang kerontang.
Tapi jujur, saya kehilangan kekhasan Riawani Elyta di sini. Salah satu karakter novel Riawani adalah 'misteri' yang tersibak sedikit demi sedikit pada karakter tokohnya, dan di novel ini tampaknya tak terlalu tampak.
Sebagai lulusan biologi, yang lumayan intens bergelut di ilmu ekologi, saya juga kurang mendapatkan kedetilan setting. Petualangan Nick tak dipaparkan secara meyakinkan. Mungkinkah karena novel ini terlalu tipis, sehingga greget dari konflik tak sampai mengklimaks?
Satu yang juga cukup mengganggu, adalah penggunaan kata AKUT, yang terbaca di sinopsis. Memang, tampaknya banyak salah persepsi tentang kata AKUT ini di sebagian masyarakat kita. Misalnya, sering kita jumpai kalimat, 'korupsinya sudah akut.'
Akut adalah sesuatu yang muncul secara mendadak. Dalam terminologi penyakit, akut berarti serangan yang mendadak (biasanya mematikan). Jadi, penyayang binatang tingkat akut, bisa diterjemahkan sebagai 'mendadak menyayangi binatang dengan dosis tinggi.' Kalau Molly menyukai binatang sejak lama, mestinya bukan kata AKUT yang dipakai. Lebih tepatnya KRONIS. Tapi kayaknya juga tidak asyik ya, menyebut kata penyayang binatang tingkat kronis :-)
Profile Image for Lelita P..
613 reviews58 followers
July 7, 2013
Teenlit yang sangat bagus dan sarat muatan tanpa menggurui. Mengajarkan kita untuk peduli pada hewan langka, khususnya orang utan. Gaya penceritaannya bagus, selang-seling antara POV manusia (Molly) dengan orang utan (Ping). Kedua POV ini ditulis oleh penulis yang berbeda, Mbak Riawani Elyta menulis POV Molly dan Mbak Shabrina W.S. menulis POV Ping. Namun, harmoni yang tercipta sangat selaras dan nggak ada kejomplangan yang saya rasakan selama membaca--baik dari segi cerita maupun gaya bahasa. POV Ping cukup bikin terenyuh, menampar diri yang selama ini nggak pernah benar-benar memikirkan kehidupan mengenaskan orang utan di luar sana. ><

Alurnya mengalir lambat tapi nggak bikin bosan. Tadinya saya pikir bakal ada adegan kejar-kejaran Molly-Nick-Andy memburu penculik orang utan, ternyata nggak ada. :P Nuansa novel ini menyenangkan, ringan tapi berkesan.

Secara khusus saya suka bagaimana di bagian-bagian akhir diceritakan tentang passion menulis Molly. Duh, merasa dekat banget dengan kehidupan saya, yang hobinya juga nulis cerita dengan tema-tema nggak biasa makanya sering ditolak penerbit. Ikut bahagia saat pada akhirnya novel Molly bisa terbit ... dan berharap banget hal itu juga terjadi pada saya. :D (Aamiiin!)

Terus, saya suka banget adegan terakhirnya di epilog. Pas banget diakhiri dengan adegan tersebut. :)

Kekurangan ... well, saya nggak terlalu terkesan sama karakter Molly sih, kecuali sifat uniknya yaitu memiliki rasa cinta pada hewan langka. Selebihnya, karakter dia tidak terasa terlalu istimewa, tapi hal itu nggak terlalu mengganggu karena saya terlanjur jatuh cinta sama Ping, jadi ada pengalih perhatian haha. Untuk typo saya cuma nemu dua, kata "di" penunjuk tempat yang lupa dispasi ... selebihnya oke. Bentang adalah salah satu penerbit yang editor dan proofreader-nya cukup teliti; saya jarang menemukan kesalahan ketik atau eja di buku-bukunya. :D

Overall, novel ini adalah novel remaja yang sangat patut direkomendasikan--temanya unik, banyak pesan moral, dan jelas akan semakin meningkatkan kepedulian kita pada hewan-hewan langka, especially orang utan. ;)


Profile Image for Zahwa az-Zahra.
131 reviews21 followers
October 7, 2012
Ping!

Di zaman teknologi sekarang ini, ping boleh jadi diartikan sebagai sebuah alert bagi para pengguna smartphone Blackberry. Lantas, apakah novel dengan judul Ping! a Message From Borneo ini mengadaptasi bunyi ping pada Blackberry Messenger? Entah. Yang pasti, duo penulis peraih juara pertama lomba novel 30 Hari 30 Buku Bentang Belia ini memang berhasil memberikan peringatan tentang konservasi alam dan satwa langka melalui bacaan ringan khas remaja ini.

Berkisah tentang dua tokoh utama, Ping dan Molly, yang dipertemukan dalam sebuah kawasan konservasi orangutan di Samboja, Kalimantan Timur. Ping adalah orangutan yang harus berpisah dengan ibunya setelah tembakan pemburu liar bertubi-tubi mengenai tubuh sang bunda. Ping kemudian diselamatkan Jong dan memulai kehidupan baru bersama Jong dan ibunya. Ping memanggilnya Ibu.

Sayang, belum sempat ia bangkit dari kesedihan sepeninggal perpisahannya dengan sang bunda, Ping harus kembali mengukir luka setelah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, Ibu, orangutan yang menyayanginya seperti anaknya sendiri, terkapar tak berdaya. Ping sendiri yang berusaha menolong Ibu justru ikut terkena perangkap para pemburu liar. Ping dimasukkan ke kardus dengan lubang udara yang sempit. Ia siap dijual.

Ping yang selamat dari upaya jual beli satwa langka kemudian dibawa ke Samboja. Di sanalah, untuk pertama kalinya, ia bertemu Molly, Si Mata Bening yang memiliki ketertarikan yang tinggi pada kegiatan konservasi alam dan tulis menulis. Bersama Nick dan Andy, dua bule yang memiliki minat yang sama dengan Molly, mereka belajar banyak hal tentang keberadaan orangutan yang kian terancam akibat semakin sempitnya hutan tempat orangutan tinggal. Dan menjadi kian rumit karena masyarakat lebih menyukai hutan tersebut diubah menjadi lahan kelapa sawit yang secara instan lebih memiliki nilai jual.

Apakah Ping mampu mengatasi depresinya yang berkepanjangan? Akankah Molly, dengan sumbangan tulisannya, juga mampu menggugah orang lain, termasuk Archie sahabatnya, untuk lebih aware terhadap nasib hutan dan orangutan di Kalimantan?

189 halaman novel ini memang terlalu sedikit untuk memperdalam konflik yang terjalin di dalamnya. Seberapa pentingnya melestarikan orangutan, undang-undang apa yang melindungi satwa langka tersebut, apa saja sangsi yang didapat para pemburu dan pembalak liar, serta bagaimana masyarakat bisa turut serta berperan dalam konservasi orangutan, mungkin hal tersebut dapat disertakan ke dalam konflik yang ada.

Namun, secara umum, pesan dalam novel ini tersampaikan dengan baik lewat penuturan yang seadanya dan apa adanya. Riawani Elyta mampu membuat alur cerita Molly yang sederhana menjadi penuh kesan. Ending-nya pun begitu manis. Shabrina WS sendiri yang dikenal piawai dalam menulis cerita fabel memberikan sentuhan lembut pada karakter Ping yang menyimpan segenggam luka.

Oh, saya menyukai bagian ketika Ping menggambarkan kondisinya serta lingkungan sekitarnya sesuai dengan nalar yang terasa dekat dengan kehidupan orangutan: rasa sepi yang digambarkan seperti tertusuk duri-duri salak hutan (hal. 71), atau rangkaian peristiwa yang dialaminya seperti sulur-sulur yang saling berkaitan (hal. 126). Manis sekali.

Satu hal yang bagi saya agak janggal -dan ini mungkin terlalu teknis- yaitu tentang Molly yang membawa travel bag ke Kalimantan (hal. 35). Aneh. Karena dalam novel ini, Molly digambarkan sebagai seseorang yang pernah aktif di LSM Gerakan Penyelamatan Satwa Langka (GSPL). Setidaknya, ia tahu bahwa ransel/backpack lebih cocok dibawa ke lapangan dibanding travel bag. Oya, satu lagi, baru kali ini saya menemukan seseorang yang memakai piyama sebagai pakaian tidurnya saat berada di basecamp (hal. 80). Rapi banget ^^v

Terakhir, salut untuk misi yang dibawa oleh dua penulis yang tak pernah bersitatap secara langsung ini. Sejujurnya, saya merinding sejak pertama kali membaca ucapak terima kasih di halaman pembuka novel tersebut. Betapa upaya konservasi alam dan satwa langka sesungguhnya dapat dilakukan oleh siapa saja dengan metode apapun. Meski mereka bukan lulusan Biologi, meski tak pernah sekalipun menjejak Kalimantan -ah, saya sungguh tertohok pada bagian ini-.

Seperti segmentasi yang memang diharapkan di awal, semoga buku ini memang menjadi bacaan yang mengesankan bagi remaja-remaja di penjuru Indonesia. Hingga membuka kembali ruang-ruang berpikir mereka, agar tak melulu membahas cinta, boyband, atau sekadar menari a la Gangnam Style.
Profile Image for Harumichi Mizuki.
2,347 reviews71 followers
February 6, 2017
KEREN. Aku suka bagian fabel tentang kehidupan tragis anak orang utan bernama Ping. Novel ini ditulis dengan sudut pandang yang bergantian. Yang pertama adalah sudut pandang Molly, tokoh utama buku ini, gadis keras kepala anggota LSM perlindungan orang utan yang berambisi ingin jadi penulis tapi ditentang sang ibu yang tak mau putrinya mengalami nasib sama seperti suaminya yang sudah meninggal. Sudut pandang kedua diceritakan dari mata Ping, anak orang utan yang kehilangan dua ibunya berturut-turut tepat di depan matanya. Ibu kandungnya mati saat terjadi kebakaran hutan. Kemudian ia diasuh oleh seekor orang utan betina yang juga mengasuh seekor anak orang utan bernama Jong. Namun orang utan itu mati setelah makan pisang yang diberi racun oleh pemburu gelap.

Novel ini bisa menangkap dengan pas sudut pandang orang utan yang selalu ketakutan, waspada, bahkan depresi saat wilayahnya dijamah oleh manusia. Yang mengejutkan, ternyata fabel tentang Ping ini adalah hasil karya Molly. Kepergiannya ke Borneo ternyata dalam rangka mengumpulkan bahan riset untuk fabelnya. Baginya LSM perlindungan orang utan seharusnya mencari cara baru untuk menarik simpati dan kesadaran masyarakat, tidak hanya mengecam pemerintah. Karena itulah Molly menulis fabel tentang orang utan. Sayang, kegiatannya itu justru membuat persahabatannya dengan Archie, anak pengusaha kelapa sawit terkemuka di Samarinda, retak.


Kukira novel ini bakal ada kisah cintanya seperti yang dipromosikan di BLURB. Tapi ternyata sangat minim. Dan disajikan dengan cara yang dewasa sampai di endingnya. Justru itu yang bikin aku suka novel ini. Jangan sampai deh novel ini jadi berubah fokus ke kisah cinta dengan latar belakang tempat perlindungan orang utan. Hiii...

Sayang, buatku karakter Molly kurang kuat. Dia terasa datar saja. Untung kisah yang dilalui dan yang ia tulis sangat menarik. Seandainya karakter Molly lebih kuat dan greget seperti Zarrah yang ditulis Dee di Partikel, tentu buku ini akan kuberi nilai sempurna. Seharusnya novel ini lebih banyak dipromosikan lagi demi meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlindungan satwa langka seperti orang utan.
Profile Image for Elsa Puspita.
Author 10 books43 followers
July 28, 2015
Telat banget ye baru baca buku ini sekarang, padahal terbitnya udah setahun yang lalu. Sebenernya belinya juga udah dari bulan kemarin, tapi ntahlah akhir-akhir ini minat baca menurun, jadi satu novel ngelarinnya sampe sebulan. Begitu sembuh, baru baca yang ini dan kelar dalam beberapa jam saja. Yey! *malah curhat*

Jadi, novel ini menceritakan tentang seorang cewek bernama Molly yang punya ketertarikan dan kepedulian tinggi dengan kehidupan satwa langka. Begitu dapat kesempatan buat mengunjungi hutan konservasi Orang Utan di Kalimantan, dia langsung nerima dengan semangat, bareng Nick dan Andrea, dua bule asal London yang jadi temen perjalanannya.
Di sudut pandang lain, ada Ping, seekor anak Orang Utan yang kehilangan ibu kandungnya karena ulah manusia, terus dia ketemu Jong, anak orang utan lain, dan Ping semacam 'diangkat' sebagai anak oleh ibunya Jong. Nasib tragis kembali dialami Ping waktu keluarga barunya itu lagi-lagi dihancurin oleh manusia.

Well, aku bukan penyayang hewan yang gimana-gimana banget. Tapi, baca novel ini bikin pengin pukpuk si Ping, meluk dia *walaupun gak yakin bakal berani*, dan bilang kalau semuanya akan baik-baik saja.

Pesan dari novel ini lebih bisa aku tangkep daripada banyak artikel dan berita tentang pembantaian hewan yang pernah aku baca. Baca fabel si Ping, aku hampir nangis, terharu, dan mikir manusia kalo lagi serakah dan maruk bisa kejam banget. Mulai dari orang utan, hiu, sampe yang baru dan sempet bikin heboh kemaren, pembantaian gajah. Seharusnya oknum gak bertanggung jawab itu bisa dikutuk buat ngerasain jadi si hewan.

Ehm, yang kurang di sini kurang kisah cinta antar manusianya. Hahaha
Aku ngarepin ada cerita yang lebih gimana gitu antara Archie sama Molly. Apa itu kekurangan? Gak juga sih. Toh ini kan cerita Molly dan Ping, bukan Molly dan Archie.
Siapa Archie, baca sendiri lah ye..

Nice story! Udah lama gak baca fabel dan dapet bentuk gini tuh rasanya hiburan banget. Cocok bahkan buat kamu yang bukan maniak hewan kayak aku.
Profile Image for Rizza.
33 reviews2 followers
January 27, 2014
Yah, emang sih saya dapet bukunya gratis langsung dari mbak Shabrina WS + dapet tanda tangan pula. Saya suka gaya berceritanya. Saya suka tokoh Molly dan Ping. Tapi, jika saya jadi salah satu penulisnya, pada bagian akhir cerita, akan saya sisipkan bab tentang pertemuan Molly dan Ping. Menurut saya, kesan yang saya dapat dari bagian akhir cerita masih samar-samar. Mungkin karena halamannya dibatasi untuk mengikuti ketentuan lomba. Mbak Shabrina atau mbak Riawani belum menjelaskan kenapa di cerita yang ditulis Molly dalam blog, ada nama Ping. Darimanakah nama itu? Semestinya ada penjelasan sendiri tentang hal itu. Dan, tidak mungkin orang utan yang bernama Karro (menurutnya) tiba-tiba bicara lalu bilang, "Hei, namaku Ping, bukan Karro!"
*Terakhir, buku ini cocok buat kamu yang suka fabel, cinta lingkungan, dan yang minat nulis tentang fabel juga, ikutin saran mbak Shabrina, riset langsung, ketemu orang utan, ajak main, pelototin, ajak bicara, dan lainnya.
Thank You mbak Shabrina bukunya.
Profile Image for Ryaa Tenriawaru.
71 reviews60 followers
July 19, 2012


Wowww, salut sama kedua penulis ini yg mengangkat tema yg tak umum yaitu tentang konservasi orang utan
Banyak dpt pelajaran baru ttg orang utan n habitatnya, kereeen!

Pantes jd Juara 1 Lomba Novel 30 hari 30 buku Bentang Belia ! Temanya unik dan mendidik, TOP!
Profile Image for You Andwe.
4 reviews1 follower
September 13, 2013
Judul : Ping, Message from Borneo
Penulis: Riawany Elyta dan Shabrina W.S.
Jenis : Novel Remaja
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Cetakan Pertama, Maret 2012

Buku yang menarik perhatianku karena Ping adalah nama kucing kesayanganku yang sudah tidak ada lagi. Perlu jadi catatan juga, aku lebih memilih judul ini karena alasan tersebut ketika salah seorang Penulisnya menawariku dua buah judul sebagai tanda mata. Meski, aslinya aku pingin dua-duanya.
Novel ini menggabungkan kisah fabel dan fiksi. Yang diusung masing-masing Penulis. Enggak mudah menggabungkan dua genre ini dalam satu cerita yang saling berkaitan. Terlebih, jarak yang memisahkan Penulis duet ini, mbak shabrina di Sidoarjo Jawa Timur dengan mbak Elyta di Tanjungpinang Riau. Mereka bisa menyatukan tulisan tapi justru belum pernah sekalipun bertatapmuka. Jejaring sosial Facebook yang mempertemukan mereka.

Seri Fiksi menceritakan pengalaman Molly ke Borneo Orang Utan Survival, Kukar, Kalimantan. Bersama sahabat yang dikenalnya dalam sebuah kegiatan LSM yang peduli pada satwa langka, Nicholas beserta adiknya Andrea. Kecintaan Molly pada satwa langka mengenalkannya dengan Karro, anak orang utan pendiam yang menarik perhatiannya. Satu hal yang membuatnya bertengkar dengan sahabat semasa SMA-nya yang juga pewaris Pemilik perkebunan kelapa sawit yang semula menjadi hutan hunian satwa liar termasuk orang utan itu.

Dalam seri fabel ada Ping yang mengalami kisah tragis bersama ibunya dan orang utan lain yang pernah jadi bagian dari hidupnya. Ping sendiri nyaris menjadi korban penjualan illegal satwa liar langka yang dilindungi.

Mampukah Molly berbuat sesuatu untuk hal yang menjadi perhatiannya?
Lalu, ada apa dengan sahabat semasa SMA-nya? Pacar Molly-kah? Atau, jangan- jangan pertengkaran dengan sahabatnya itu karena kedekatannya dengan Nicholas ? Memangnya ada sesuatu hubungan istimewa antara Molly dan Nicholas? Bila ingin tau lebih lanjut bisa dibaca selengkapnya dalam novel ini…

Novel ini mengajak kita untuk berempati pada keberadaan hutan dan segala isinya. Kita akan ikut merasakan bagaimana Ping harus kehilangan ibunya juga memahami kegundahan Molly mengetahui sesamanya berbuat kerusakan alam yang akibatnya akan kembali pada diri sendiri.

Pesannya tersampaikan meski sebagai novel yang ditujukan kepada kawula remaja, cover novel ini tidak ‘eye caching sehingga tidak meyakinkan pembaca bahwa ternyata novel ini terbit sebagai juara 1 Lomba 30 Hari 30 Buku, Bentang Belia.

Nyaris tidak ada cela dalam novel ini hanya part yang perlu kejelian saja kalau tidak ingin bertanya-tanya tentang apakah hubungan yang terjalin antara Ping dan Molly. Dimana mereka sama-sama menduduki posisi peran utama (pov 1). Masing masing, seri fabel yang diwakili Ping dan Molly pada seri fiksinya.

Yang agak membingungkan pertemuan Molly dengan Karro (seri 6. Molly: Bertemu Karro, halaman 57-61) saat Molly mengunjungi hutan buatan tempat Karro mengenali lingkungan huniannya. Sedangkan cerita yang bergulir kemudian, Ping sedang ditangkap pemburu (seri 7. Ping: Kehilangan). Berikutnya baru terungkap bahwa Karro adalah nama pemberian untuk Ping oleh dokter yang merawatnya (seri 9. Ping: Mata Bening, halaman 97).
***
Profile Image for Yunita1987.
257 reviews5 followers
October 17, 2012
Menurutku ini salah satu buku yang cukup menarik untuk dibaca banyak orang, kenapa? Karena ada pesan PENTING didalamnya mengenai keberadaan hewan yang seharusnya kita pelihara dan bukannnya kita musnakan hanya karena duit semata. (Mungkin aq terlalu lebay, tapi memang sih susah klo sudah ngomongin 'duit', setiap orang butuh duit, tapi untuk kasus ini, apakah sampai harus mengorbankan hewan2 yang sebenarnya butuh kehidupan sama seperti manusia).

Ok jadi sudah jelas sekali kalau buku ini bercerita tentang bagaimana seharusnya kita bisa merawat lingkungan yang lebih baik terkhusus untuk melindungi hewan-hewan yang ada dihutan. Tapi untuk buku ini lebih memfokuskan kepada 'orang utan'.

Cerita diawali dari orang utan yang hidup bersama dengan ibunya dihutan dan mereka selalu dihantui dengan manusia yang setiap saat bisa memusnakan tempat tinggal mereka atau mereka sendiri. Disisi lain, ada seseorang bernama Molly yang pecinta binatang. Sehingga disaat ada tawaran dari teman bulenya yang ternyata ingin melakukan penelitian tentang kehidupan orang utan didaerah Kalimantan, Molly langsung menerima tawaran tersebut.

Sehingga ceritapun dimulai... Molly yang sebelumnya sudah memiliki sahabat baiknya bernama Archi dan ternyata Archi sendiri tinggal diKalimantan bersama keluarganya yang ternyata adalah salah satu pemilik perkebunan sawit disana. Hubungan Archi dan Molly yang sudah dekat ini sempat membuat Archi cemburu karena kedekatan Molly dengan teman bulenya itu, Nick.

Tapi tenang aja, buku ini bukan mengutamakan kisah cinta yang terlalu rumit, karena fokus penulis bukan cerita cinta antara manusia tetapi cerita cinta mereka akan alam. Bagaimana kehidupan orang utan yang begitu sedihnya harus ditinggalkan keluarga mereka ataupun orang utan yang harus kehilangan tempat tinggal akibat ulah manusia yang dengan seenaknya membakar hutan.

Buku ini ini cukup menarik untuk dibaca walaupun begitu masih ada kekurangan buku ini (cara mereka bercerita masih kurang greget sehingga pesan yang penting ini kurang ter-expose dengan baik sehingga masih akan sulit untuk bisa memikat banyak hati manusia ATAU ini hanya perasaanku saja ya...:D )
Profile Image for Muhammad Rasyid Ridho.
273 reviews4 followers
February 16, 2013
Bercerita tentang penelitian sekaligus petualangan pecinta binatang langka, yakni Molly, Nick dan adiknya Andrea di Borneo. Mereka mencari informasi dan data-data tentang orang utan penghuni hutan yang ada di Kalimantan. Molly yang juga seorang penulis, membuat cerita dengan tokoh utama bernama Ping, seekor anak orang utan yang terinspirasi dari perjalanannya di BOS (Borneo Orang Utan Survival). Novel pemenang satu lomba 30 hari 30 novel yang diadakan Bentang Belia ini memang layak menjadi pemenang. Selain memang digarap oleh kolaborasi penulis dua dunia yang berbeda (Riawani-Inspiratif dan Shabrina-Fabel), novel ini sarat makna dan persuasi untuk melestarikan alam dan menjaga hewan-hewan yang memang sudah langka di Indonesia terutama orang utan.
Profile Image for Amerul Rizki.
5 reviews
May 10, 2012
Buku ini memang layak banget jadi juara 1. Dari sinilah saya belajar memahami kehidupan orang utan dalam dunia hutannya. Dari sinilah saya tahu begitu banyak manusia-manusia tak bermoral, tak bertanggung jawab, tak berperikehewanan, yang dengan sadis membantai orang utan, menebang paru-paru dunia, hanya demi uang yang tak seberapa. Selama ini saya hampir menangis saat mendapati foto-foto maupun video orang utan yang mati mengenaskan. Dan dalam buku ini, semuanya memang diceritakan apa adanya. Semuanya tentang luka mereka. Luka kita juga sebagai oknum yang seharusnya memberi mereka rasa aman tinggal dalam rumah mereka sendiri. Great book!
Profile Image for Pretty Angelia.
Author 7 books56 followers
November 27, 2012
Saya memasukkan buku ini ke favorit saya. Mengapa? Karena untuk tema yang dibilangnya untuk remaja, sangat berbeda dengan novel2 remaja pada umumnya. Mendidik dan unik.

Di sisi lain saya juga merasa sangat miris ketika membaca ini karena saya sendiri asli Kalimantan :')

Kalau favorit, lalu mengapa saya tidak memberikan bintang lima? Karena menurut saya halamannya kurang banyak :D *alasan yang absurd*
Mungkin karena syarat dari penerbit bersangkutan yang menerapkan aturan halaman.

But overall, buku ini memang layak menjadi juara 1 lomba tersebut.

Profile Image for Dedul Faithful.
Author 7 books23 followers
August 26, 2013
Ping, membuatku sadar tentang pentingnya menjaga lingkungan. Bagaimanapun, peka adalah keharusan. Kita tidak boleh mengesampingkan sekitar kita. Itu yang coba disampaikan buku ini. Meski buku duet, ceritanya tidak linier. Dua kompilasi antara fabel dan gaya penceritaan remaja, sungguh menarik. Wajib dibaca bagi yang mau sadar tentang pentingnya menjaga lingkungan agar tidak hancur dan merusak kehidupan kita sendiri.
Profile Image for Ziyy.
634 reviews23 followers
September 19, 2012
feeling setelah baca buku ini, mirip sama feeling setelah baca flipped! adonan cerita, teknik nulis, pemilihan angle dua karakter bergantian, semuanya cakep. meski ini belia, tp ga kayak model teenlit yang menye-menye ga jelas dan ga kayak model sinetron abg jaman skrg.
yaa iyalah, di novel ini yg diangkat aja ttg orang utan. hehhe. tapi asli, asik :-)
Profile Image for Dion Sagirang.
Author 5 books56 followers
September 15, 2014
Baca buku ini pas di kosan temen di Jakarta. Saya baca, sedikit lupa, tapi saya nyaman di part orang utannya. Siapa sih yang nulis? Sebagai orang yang sering didongengkan fabel, saya sangat menyukai part-nya.
Profile Image for Ossy Firstan.
Author 2 books101 followers
May 23, 2013
Ceritanya bagus, sedih dibagian orang utan
tapi cerita terlalu singkat,dan ending kurang memuaskan
Tapi,aku tetep suka ")
Profile Image for Alifiana Nufi.
Author 5 books16 followers
October 25, 2014
nyesek baca pov Ping :( sabar ya orang utan..
Btw saya suka novelnya :) temanya lain dari yang lain..tp bagian ping ketemu molly kurang dibahas ya :(
Profile Image for Dhani.
257 reviews17 followers
January 23, 2014
Akhirnya, selesai juga saya membaca novel setebal 139 halaman ini. Sebuah novel garapan 2 orang penulis yang keduanya adalah favorit saya, Riawani Elyta dan Shabrina Ws.Sebuah novel dengan tema yang tak biasa, yakni tentang kehidupan orang utan di habitatnya, hutan Kalimantan.

Di halaman- halaman awal, saya sempat bingung, siapa Ping siapa Karro. Ternyata Ping adalah nama tokoh dalam fabel yang ditulis oleh Molly, yang idenya adalah seorang urang utan bernama Karro.Orang hutan yang masih remaja ini, kehilangan ibunya yang dibunuh oleh oknum dalam sebuah upaya pembukaan ladang kelapa sawit.Karro yang hendak dijual di pasar gelap, ditemukan oleh petugas kehutanan dan ditampung di sebuah pusat rehabilitasi, sebelum nantinya dikembalikan ke habitat aslinya.

Dan orang utan inilah yang menarik perhatian Molly, seorang mahasiswa yang ikut temannya, seorang peneliti muda dari Inggris bernama Nick yang sedang melakukan riset tentang orang utan di Kalimantan. Karro menarik perhatian, karena dia kelihatan menarik diri dari teman- temannya. Tapi karena perhatian yang intens dari Molly, Karro jadi bisa menunjukkan ekspresinya lagi.

Tentu tidak mudah, menulis tentang tema yang besar dengan jumlah halaman yang terbatas. Tapi di tangan kedua penulis yang bersahabat ini, segala sesuatunya menjadi mungkin. Dan pesan yang ingin disampaikan, kita terima utuh. Tentang perlunya menjaga kelestarian hutan, untuk menjaga kelangsungan hidup banyak satwa yang banyak di antaranya sudah langka, dengan orang utan sebagai contohnya.

Cara Shabrina melukiskan tentang kehidupan satwa di dalam hutan pun indah dan detil sekali, sampai- sampai saya berpikir, apakah masih ada hutan seindah ini di bumi Indonesia. Penceritaannya pun mengalir, enak dibaca.
Kalau pun ada yang kurang, ini malahan tentang karakter 4 tokoh utama yang tak terlalu kuat( mungkin karena keterbatasan halaman ya). Juga mungkin karena novel ini diniatkan untuk menitik beratkan pada kehidupan satwa. Apalagi tokoh Arhie yang terkesan cuma jadi tempelan.
Juga tentang konflik yang nyaris tak ada( kecuali tentang konflik antara orang utan dan orang- orang yang menangkapnya). Begitu juga tentang penelitian Nick yang nampak samar dijelaskan.

Apa pun, kita butuh lebih banyak novel seperti ini. Yang membidik misi penyelamatan lingkungan, dengan bahasa sederhana yang bisa ditangkap tanpa kening berkerut.Novel yang tidak hanya menyuguhkan tentang dunia kota, tapi juga mengajak kita berpikir ulang, apakah yang telah kita lakukan untuk lestarinya "rumah" kita bersama.Sebuah novel yang sarat pesan dan hikmah, tapi disajikan dalam bahasa yang membumi..sebuah asupan bergisi bagi nurani, lewat bacaan...
Profile Image for Ira Booklover.
680 reviews43 followers
April 9, 2016
Tertarik membaca buku ini karena ada "Borneo" dijudulnya. Nah, ada pesan apa dari Borneo?

Well, tidak jauh-jauh dari hutan dan orang utan. Ga tau ya, tapi menurut saya sih, perlu orang yang sangat berkuasa dan mungkin yang sangat kaya juga, untuk menghentikan pihak-pihak tertentu yang membakar hutan seenaknya. Soalnya kayaknya protes-protes kita ga didengar deh. Mungkin perlu lebih keras lagi.

Hampir setiap tahun selalu saja terjadi kabut asap gara-gara kebakaran hutan. Untuk fenomena kabut asap yang terakhir kemarin, kalau saja udara tidak menjadi sebegitu mencekiknya selama sebulan lebih, saya bakalan kasihan sekali dengan orang yang ngebakar hutan. Siapapun dia, sumpah serapah yang dilontarkan mengerikan sekali. Hampir semua orang melemparkan kutukannya masing-masing. Sepertinya, jangankan dengan hewan-hewan, dengan sesama manusia saja orang-orang yang membakar hutan itu juga ga peduli. Jadi yah, jadi saya aminkan saja deh sumpah serapahnya. Maafkan saya.

Sebenarnya, saya suka sekali dengan pesan yang disampaikan oleh buku ini. Jarang-jarang ada buku yang mengangkat isu tentang hutan dan orang utan kan? Apalagi tokoh antagonisnya jelas-jelas disebutkan di sini XD

Tapi buku-buku ber-tema "belia" memang bukan "makanan" saya. Ga tahu juga sih kenapa saya selalu tidak bisa konek dengan cerita-cerita seperti ini.

Saya sebel sekali sama Archi yang...kalau kata Molly sih...Archi ini terlalu protektif dan bossy.

Saya juga merasa tokoh Ping terlalu melankolis. Dalam bayangan saya sudah terpatri, kalau orang utan dan sebangsanya itu punya tampang bandel, jadi rasanya ga cocok kalau terlalu melankolis. *dikeroyokmonyet*.

Saya juga merasa kurang nyaman dengan bahasa daerah yang diselipkan di dalam kalimat. Saran saja sih, saya rasa bahasa Banjar itu lebih cocok digunakan dalam satu kalimat. Bukan setengah-setengah atau hanya beberapa kata di dalam satu kalimat. Soalnya jatuhnya kayak olok-olokan.

Tidak tahu kalau di daerah Borneo yang ada di cerita ini ya, tapi kalau di tempat saya kuliah, bahasa Banjar yang setengah-setengah itu jadi bahan olok-olokan. Bukan mengolok-ngolok orang luar yang menggunakan bahasa Banjar, bukan. Tapi mengolok-ngolok orang daerah yang mau sok berbahasa Indonesia, tapi bahasa Indonesianya ga benar karena bahasa daerahnya masih banyak yang ngikut keselip.

At last, meskipun saya tidak terlalu suka dengan gaya ceritanya, tapi saya suka sekali dengan pesannya. Dan semoga pesan ini bisa menyadarkan siapapun yang membaca bukunya, untuk menyelamatkan Ping dan rumahnya ;)
Profile Image for Pradnya Paramitha.
Author 19 books448 followers
September 13, 2014
Molly ikut kakak-beradik Nick dan Andrea penelitian ke tempat konservasi Orangutan di Kalimantan. Disana dia bertemu dengan Archie, sahabatnya saat SMA, yang tiba-tiba jadi aneh. Dia juga bertemu Karro, si anak orangutan yang memendam nestapa. Perjalanan Molly ini adalah untuk mengetahui penyebab duka Karro, juga bagaimana menolong para orangutan yang menjadi obyek buruan liar favorit.

-----------


Menjadi manusia kita memang diberikan kemampuan berpikir yang melebihi hewan. Tetapi menjadi manusia yang baik, adalah tentang bagaimana kita mempergunakan kemampuan berpikir itu tidak semata-mata untuk diri sendiri. Terlebih dengan kemampuan berpikir, manusia seharusnya bisa paham bahwa orangutan, hewan, dan makhluk hidup lainnya memiliki hak hidup yang sama.

Buku ini tipis. Bahasanya mengalir lancar, mudah dinikmati meskipun sebenarnya bermuatan ilmu zoologi (benar nggak) tentang kehidupan orangutan. Ada dua POV disini, yaitu POV Molly dan POV Ping, si anak orangutan yang menyaksikan kedua ibunya (ibu kandung dan ibu angat) mati di tangan pemburu. Kisah yang sangat mengharukan. Apalagi saat tahu ternyata orangutan memiliki persamaan dengan manusia hampir 95%. Dia bisa jatuh cinta, bisa sedih, bisa terharu, dan bisa caper. Hanya saja, meskipun permasalahan yang diangkat bagus (tentang perburuan liar orangutan), tapi konfliknya minim. Sampai setengah buku, si tokoh utama (Molly) belum bertemu dengan tokoh yang lain, yaitu si orangutan. Keduanya asyik sendiri, Molly dengan Nick dan Ping dengan dedaunannya. Akibatnya, setengah halaman terakhir kebut-kebutan seperti metromini. Endingnya juga kurang greget. Permasalahan perburuan liar harusnya bisa diekslpore lebih dalam lagi, lebih rumit lagi, lebih berteka-teki lagi, sehingga menjadi novel kritik sosial yang kece. Tapi yah, ini kan teenlit.


3/5 stars.
Profile Image for Lia Wibyaninggar.
37 reviews35 followers
May 13, 2015
Saya kira, saya sudah tidak mungkin lagi menemukan buku ini di toko buku. Namun kemudian, betapa beruntungnya saya yang menemukan buku ini di toko buku dengan harga diskonan. Novel tipis tentang Ping-si Orang Utan ini rampung saya baca dalam perjalanan berkereta. Semacam ada perpaduan fabel dalam novel ini--ketika Ping jadi point of view pencerita. Lucu! Namun, sebagai pembaca, saya juga ikut miris mengikuti kisah Ping, bagaimana ia kehilangnya induknya, bagaimana ia kemudian juga kehilangan induk dan saudara angkatnya. Dan mereka semua dibunuh manusia! Saya rasa, tak mengherankan jika novel ini dinobatkan sebagai juara pertama oleh Bentang Belia. Temanya unik, gaya penceritaannya juga asyik.

Ketika menutup lembaran terakhir buku ini, saya menerawang ke angkasa. Berharap semoga di belantara hutan-hutan Kalimantan dan manapun di negeri ini tidak ada Ping-Ping lain lagi yang bernasib sama.
Profile Image for Sayekti Ardiyani.
127 reviews3 followers
February 7, 2017
Justru hal-hal yang kontradiktif membuat sepasang manusia akan belajar untuk saling melengkapi dan mengerti. Sebaliknya, punya seseorang yg setipe dan seide denganmu hanya akan bikin hidupmu terasa monoton dan menjemukan." (hal. 35)
Profile Image for Erika.
6 reviews
February 19, 2013
Ini penulisnya maksa ya?
Bahasa keduanya jelas berbeda antara yang satu dan yang lain.
Buku pertama yang membuat bosan dan sempat tergeletak berhari-hari karena gaya bahasanya bertele-tele
Profile Image for Lulu Syifa.
26 reviews4 followers
September 4, 2016
Ceritanya ringan tapi bergizi. Remaja banget dan menyentuh. Kekurangannya ... kurang tebal bukunya.
Displaying 1 - 26 of 26 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.