isi buku: 1. Kenapa good-looking yang selalu dipilih? 2. Lalu, siapa yang akan memilihku? 3. Aku juga kayaknya nggak bisa apa-apa, deh. 4. Skill apa, ya, yang cocok buat aku? 5. Tapi aku harus mulai dari mana, ya? 6. Aku bukan malas, hanya takut gagal lagi. 7. Dan, aku malu, belum bisa banggain orangtua. 8. Dan, aku kalah jauh dari teman-temanku. 9. Jujur aku iri sama pencapaian mereka. 10. Nggak ada yang bisa dibanggakan dariku.
tapi, di sinilah kamu, menyentuh buku ini, trying to feel something, trying to be something, dan kamu sudah ada di langkah yang tepat, karena di buku ini ada 45 bab yang membantumu berdamai dengan insecurity-mu.
Jujur, awal ngelihat sinopsis buku ini di cover belakang aku se-excited itu pengen baca. Setelah aku beli, wow kecewa sekali. Honest riview, pesan yang disampaikan penulis bagus tapi aku kurang relate sama buku ini. Kenapa? Aku kira buku ini universal, ternyata hanya berdasarkan sudut pandang dari salah satu agama tertentu aja. Aku sebagai non-Muslim ngebacanya merasa salah pilih buku. Nyesal banget. Kalau tau isinya bakal dikasih ayat-ayat yang merujuk dengan kepercayaan tertentu aku ga akan pernah memutuskan beli buku ini.
Mungkin bagi penulis, buku ini sangat relate ya? Lebih baik kalau di cover di tulis aja kalau buku ini merujuk sama kepercayaan tertentu jadi aku ga berekspetasi dan sekecewa ini sudah membeli buku ini.
Mohon maaf jika ada kata yang menyinggung tapi aku cuma mau bilang, sebagai pembaca aku kecewa.
23/30 Insecurity is my middle name (264 hlm) | Penulis: Alvi Syahrin | Penerbit: Alvi Ardhi Publishing, 2021
Ada 5 bagian di buku ini: Fisik yg kurang menarik, masa depan yg buram, jauh tertinggal dari teman2ku, I Hate My Self dan berdamai dg Insecurity
Di buku ini kak Alvi mengajak pembacanya untuk berdamai dan melihat insecurity dari sudut yg berbeda. Bukan dijadikan sebagai penghambat, namun untuk membuat diri kita menjadi lebih baik.
Seperti pada bagian satu, kak Alvi ingin memberi pemahaman kepada kita bahwa good-looking bukan segalanya. Tak semuanya harus tentang fisik. Karna 'kalau good-looking memang segalanya, lantas mengapa harus ada penuaan?' ~ Pokoknya "kalau kamu berusaha sungguh-sungguh untuk hal baik yang kamu kejar, penampilan fisik gak akan jadi hambatan" -34
Bagian dua kamu bakal dibikin merenung perihal masa depan. Tentang kita yg merasa gini-gini aja dan mulai khawatir akan masa depan, juga belum bisa membahagiakan orang tua. Beberapa tips skill ditulis dibuku ini berdasarkan pengalaman kak Alvi. Seperti menulis, mendesain, pemasaran, pemrograman dll . Bahkan kita kayak diajak pelan-pelan untuk menemukan kemampuan diri kita dan bagaimana cara untuk mengasahnya. Dan masih banyak lagi yg dibahas di bagian ini.
Bagian ketiga akan sangat cocok utk kalian yg merasa tertinggal atas pencapaian teman sendiri yang kelihatannya lebih maju. Disini pembaca akan diajak utk berkompetisi dalam hal lain. Saat yg lain berkompetisi utk menjadi orang kaya, populer dll yang sifatnya duniawi, kak Alvi mengajak pembacanya untuk berkompetisi menjadi orang yg lebih baik dalam menjaga shalatnya. Dimana kompetisi ini adalah yg paling adil, dan masuk akal. Sebab semua orang punya kesempatan yg sama.
Di bagian empat pembaca diajak untuk memandang diri sendiri pada agama yg kita peluk. Seperti, sudahkah kita menjalankan semua perintah-Nya? Bagaimana jika ini hari terakhir kita? Sementara kita masih disibukkan dengan mengkhawatirkan diri tanpa memikirkan soal kehidupan setelah kematian.
Walaupun hampir 200 halaman, buku ini bisa diselesaikan dalam sekali duduk sih kalo menurutku. Soalnya isinya singkat-singkat banget.
Buku ini sering banget berseliweran di timeline instagram-ku. Jujur lumayan penasaran sama buku ini karena yahh seperti orang-orang pada umumnya, aku juga sering insecure terutama sama pencapaian dan kemampuanku hehe🥲
Apakah setelah baca buku ini insecurity-nya jadi ludes tanpa sisa? Ya ga gitu juga sih cara kerjanya. Di bagian akhir, penulisnya juga bilang kok kalo rasa insecurity tu ga mungkin langsung hilang begitu aja. Ya memang mungkin aja hari ini kita merasa confident sama diri sendiri, tapi sewaktu-waktu bisa aja kita bangun tidur dan mempertanyakan kelayakan diri kita sendiri. And that's totally normal!
"It takes forever to be comfortable with who you really are" kata penulis. Jadi don't worry kalo kita masih insecure sama diri sendiri. Tapi, jangan jadiin insecurity kita sebagai penghalang utk maju. Jadiin insecurity kita sebagai trigger supaya kita bisa berkembang jadi lebih baik lagi. Misalnya, kita insecure sama berat badan kita, ya coba mulai diet sehat aja misalnya olahraga dan makan makanan yang rendah kalori👍🏻 Setidaknya itu yang aku tangkep dari buku ini.
Penyampaiannya santai dan mengalir, rasanya kyk diajak ngobrol sekaligus dinasihati sama orang yang lebih tua. Subbab-nya banyak banget mungkin ga semua relatable sama kita (karena di aku juga begitu). Pada subbab yang relatable aku rasa punchline-nya mayan dapet, pada subbab yang sebaliknya yaa biasa aja sihh.
Recommended buat yang sering merasa insecure dan butuh teman ngobrol soal ini, karena dengan buku ini rasanya kyk ditemenin (sekaligus diceramahin wkwk).
Perlu diketahui kalo mostly penulis ini memakai pendekatan agama Islam untuk address any kind of insecurities, and I don't think it would works for everyone (neither do I hehe) tapi bagus juga utk dijadikan refleksi diri. Pendekatan agama Islam ini maksudnya kyk, oh yaudah kalo kamu gabisa good-looking in terms of physical, kamu bisa good looking dalam perilaku kamu atau dalam ibadah kamu. Atau kalo kamu merasa offended terhadap candaan temen kamu ya berdoa aja semoga ada dosa yang dihapuskan dengan hal itu. I mean, it's not wrong sihh... tapi mungkin ada yang lebih praktikal lagi? Sebenernya buku ini juga diisi dengan nasihat2 praktikal kok (biasanya dari pengalaman penulis)cmn ga jarang juga penulis lebih seakan "ya sudah, serahkan sama Allah" atau hanya memberikan nasihat biasa. Ya memang sekali lagi itu gak salah, tapi mungkin ada hal lain selain itu? Ini menurutku sihh tapii hehehe
In conclusion, aku merasa buku ini setipe sama buku esai korea yang penulisannya singkat-singkat, kamu sebagai pembaca akan merasa dimengerti oleh penulis, it doesn't resolve anything but it (maybe) will make you calmer. Oh ya mungkin penulis/penerbit bisa menambahkan kalo ini buku self help dengan pendekatan islami supaya teman-teman nonmuslim tidak 'kegocek' seperti review2 yg aku liat di goodreads hihi.
Singkatnya: lumayan oke kok, kalo yang jarang baca buku atau pengen coba baca nonfiksi juga menurutku oke!
Disaat aku ngerasa jatuh-jatuhnya, insecure dalam banyak hal, aku merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan buku ini. Buku self-healing yg cukup menenangkan. Ngerasa relate banget di tiap bab nya, terutama di insecurity point pertama dan ketiga. Lumayan membantu aku, yg sedang insecure ini untuk melihat insecurity dari sudut pandang yg berbeda dan bagaimana cara menyikapinya.
"It takes forever to be comfortable with who you really are. It takes forever to understand all of our insecurities. And, that's just normal, and you're doing good so far! And, I'm so proud of you." (hal. 260)
Selama baca buku ini aku juga mendengarkan beberapa lagu yg sekiranya bisa membangun suasanan saat baca buku ini yg akhirnya aku buat playlist-nya di Spotify. https://open.spotify.com/playlist/7Ar... Buat kalian yg biasa baca buku sambil dengerin musik boleh dicoba denger playlist-nya. Semoga suka, semoga cocok dengan selera kalian. Terima kasih.
Wow, much better than expected! Awalnya aku kira buku ini overhyped karena aku ngga terlalu suka beberapa buku Alvi sebelumnya, tapi ternyata aku salah. Buku ini menurutku cukup memotivasi, "relatable" sesuai insecurity masing-masing, dan juga sangat santai dan mudah dibaca.
Sama seperti beberapa buku Alvi sebelumnya, terdapat beberapa potongan ayat Al-Qur'an dan juga nasihat dari sisi agama. Menurutku ini menarik karena penulis mengintegrasikan keislamannya di buku ini dengan porsi yang cukup; tidak terlalu banyak hingga jadi seperti buku islami. Kaum non-believer menurutku masih bisa baca dengan nyaman.
Layout buku ini menurutku menarik; margin-nya besar, mengandung banyak spacing dan minim kata per halaman, sehingga konten per halaman relatif lebih sedikit daripada buku biasa. Beberapa halaman bahkan ada yang hanya berisi 1 kalimat atau 1 baris, tapi biasanya halaman-halmaan tersebut memang punya "punchline" yang ingin ditekankan. Tapi, ya, kalau konten buku ini dipadatkan seperti buku biasa, mungkin tebal bukunya bisa jadi 1/2-nya saja, tidak sebanyak itu.
Menurutku nasihat-nasihat yang ada di buku ini disampaikan dengan cukup baik, tidak terlalu general sehingga pembaca jadi kebingungan apa yang dibicarakan, tapi juga tidak terlalu spesifik sehingga pembaca tidak bisa relate atau terasa seperti curhatan penulis saja. Buku ini mengajak kita untuk berdamai dengan insecurity kita dan juga mengatasinya agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih percaya diri.
Jujur, ini buku self healing yg paling bikin gua ngerasa ga nyaman waktu bacanya. beberapa part emang cukup menyentuh tapi selebihnya kerasa kosong aja rasanya.
”Nilai dirimu nggak bergantung pada validasi eksternal. It’s all in you.”
—————————
Siapa sih yang nggak pernah insecure? Aku yakin deh 99.9% dari kita pasti pernah mengalaminya. Bahkan orang yang kelihatannya perfect pun pasti pernah mengalami yg namanya insecure. That's why begitu melihat buku ini langsung ada perasaan 'wah buku ini aku banget nih'.
Basically, buku ini berisi hasil overthinking dan pemikiran insecure yang seringkali ditemukan di masyarakat. Tentang penampilan, merasa nggak bisa melakukan apa-apa, perasaan tertinggal dari teman-teman, pencapaian, dll. Bahasa yang digunakan ringan dan pembawaannya santai. Berasa kayak lagi ngobrol slash curhat, terus dikasih nasehat sama sosok kakak.
Turns out, insecurity memang nggak akan langsung hilang begitu aja. There might and will be a time ketika kita merasa nggak percaya diri, but that's okay. Insecurity nggak selamanya buruk kok. Kadang kita malah 'perlu' insecurity sebagai alasan untuk terus maju dan berkembang. Well, asal nggak berlebihan. Dan jangan juga terlalu terlarut dalam insecurity kita sendiri. Harus belajar untuk percaya sama diri sendiri dan belajar lebih bodo amat sama omongan orang.
Sayangnya, buku ini kurang memperhatikan aspek universal dan kesannya terlalu condong ke sudut pandang agama Islam. Sebagai pembaca non-muslim, jujur aku jadi merasa nggak terlalu relate dan nggak begitu paham. Sorry. Karena banyak banget cuplikan ayat-ayat Al-Quran dan ajaran-ajaran agama Islam di buku ini. Lebih baik di cover bukunya dicantumkan kalau buku ini mengacu pada pendekatan agama Islam, jadi pembaca yg non-muslim nggak merasa 'salah' beli buku.
Actually this book is kinda good, sampai ke titik kalau aku ngerasa buku ini dibuat agak kurang memperhatikan aspek 'universal' dan terkesan membicarakan segala hal hanya dari viewpoint salah satu kepercayaan tertentu saja. I mean it's a good thing to be reminded about your faith tapi lumayan ga menduga aja karena cover dan judul yg terkesan universal karena insecurity itu milik semua orang dari berbagai jenis latar belakang dan cara mengatasinya bukan dari 1 sudut pandang kepercayaan tertentu saja. Sebaiknya jika penulis ingin membuat suatu buku yg mengacu kepada satu kepercayaan tertentu, alangkah baiknya jika diperlihatkan entah dari judul ataupun dari sinopsis singkat di bagian belakang buku. Karena percuma juga ketika kita ingin mengurangi rasa insecurity tp bahkan ga bsa relate dengan apa yg dibicarakan.
Mungkin karena memenag keadaanya ga relate aja ya sama aku yg sekarang ,jadi buku ini ga ngena sama sekali di aku , awalnya sempet exited tpi ya mungkin harapan ku terlalu tinggi aja si. Sama buku ini
Bukunya bagus, tapi penyampaiannya kurang cocok bagi saya, karena kalimatnya terlalu menggebu-gebu, seolah-seolah harus bilang “iya”. Penulisnya terlalu banyak cerita dan ngambil contoh soal dirinya, agak kurang general aja sih.
Banyak banget uneg-uneg yang pengin saya sampaikan terkait buku ini. Mungkin, aku akan persingkat saja dan mengusahakan seluruh kritik yang akan saya sampaikan bisa diterima dengan baik. Kalo pun tidak, ya gapapa, sesuai dengan subbab bukunya insecurity #27 supaya nggak insecure dengan omongan orang, jadi kritikan berikut juga bisa nggak perlu digubris apabila memang tidak sejalan dengan pemikiran yg sedang membaca tulisan ini.
Saya lupa tepatnya kapan dikenalkan dengan buku ini pertama kalinya. Cuma, yang pasti, saya ter-trigger untuk membeli ketika saya melihat buku ini berada di jajaran rak buku di Gramedia. Waktu itu ada buku yang sudah dibuka dari plastiknya sehingga saya berkesempatan mengintip isi di dalamnya. Bagian yang saya baca waktu itu cukup menarik, yaitu di mana penulis bercerita bahwa tiga tahun pertamanya ia menganggur setelah lulus kuliah. Oleh karena itu, kemudian saya langsung memutuskan untuk membeli buku ini.
Latar belakang saya membeli buku ini adalah di kala itu saya sedang menghadapi isu akan eksistensi diri. Oleh sebab itu, saya mengoleksi buku-buku self-help yang harapannya dapat membantu saya untuk mengatasi kendala-kendala yg saya hadapi. Namun, pada akhirnya, buku ini tidak berhasil membantu saya.
Sebagai summarize, berikut beberapa hal yang membuat saya tidak menyukai buku ini: 1. Saya tidak tahu kalo buku ini mengandung unsur kepercayaan tertentu. Ini ga boleh dibantah dong, ya, kalo pembaca merasa ga relate, ya tentu tidak akan masuk. Arahnya juga bukan yang condong banget ke religius. Selain itu, cover dan blurb bukunya nggak ada petunjuk sama sekali. 2. Sajian buku ini terlalu “dibuat” sederhana, seperti yang bisa saya temukan dulu (zaman saya) dalam pelajaran PPKN dasar, tentang bagaimana cara mengolah emosi dan bagaimana bersikap seharusnya. Jadinya gak ada sesuatu yang baru yang bisa saya dapat setelah membaca buku ini. 3. Subbab dibuat terlalu banyak, yang menjadikan bukunya menjadi kopong gak padet isinya.
Bagus banget, akhirnya nemu buku self improvement yang cocok kata2nya, kadang senyum, sedih, lebih lega waktu baca buku ini, insecurity ga akan bisa hilang dan akan terus ada, tergantung diri kitanya yang bisa menyikapinya ke arah negatif atau positif, and insecurity always been there, my middle name :). can't wait to read more book from kak Alvi 😊🤝🏻👍🏻🙏🏻
Lewat buku ini, Alvi Syahrin menempatkan dirinya sebagai seorang teman yang sedang comforting teman lainnya, yaitu kita sebagai pembaca.
Meskipun Alvi menilai bahasa yang dia gunakan dalam buku ini terlalu sederhana, tidak banyak kosakata indah seperti yang biasa digunakan oleh penulis kondang. Nyatanya, buku ini mampu memberikan suntikan semangat untuk jiwa-jiwa insekyur. Justru bahasa yang mudah dipahami ini, membuatku sebagai pembaca lebih bisa engage dengan pesan yang ingin Alvi sampaikan.
Highly recommend to some wounded and stranded souls out there. Jika kamu merasa sedang hilang arah dan insekyur dengan diri sendiri, istirahatlah sejenak dan bacalah buku ini. Percayalah, kamu akan menemukan teman yang bisa mememberimu penghiburan sekaligus menyalakan kembali api semangat dalam dirimu.
I had watery eyes in some parts of the book, it simply related to my current situation where I am being so over in thoughts. Like I'm so insecure about myself and the situation where I've been adapting for a few months, yet I still am.
Reading this book, like, I had a friend to talk with about my insecurities. At some point, they really understand me without me telling them everything. I'm so glad to find this beautifully written gem when I was in need of encouragement to face my insecurities. Highly recommended!
Buku ini relate banget sih sama kehidupan aku yang selalu dipenuhi dengan rasa insecure. Isinya sederhana dan menurut aku umum banget, motivasinya sering kita temuin di kehidupan sehari-hari (video motivasi, konten motivasi di media sosial, dll.) Meski begitu, buku ini tetap bermakna banget buat aku. Recommended banget buat yang lagi insecure-insecurenya dan nggak tahu ingin melampiaskannya bagaimana :)
Di dalam buku ini menjelaskan tentang yah, sesuai dengan namanya, “insecurity” atau keadaan ketika dimana kita merasa tdk aman, merasa tdk nyaman, merasa tertindas, tertinggal dan jauh di bawh orng orng.
Di dalam buku ini di bahas berbagai macam insecurity, yang menerutku, sebagai kaum kaum overthingking dan ratu dari membandingkan, it is kinda related. Sangat sangat related sih. Banyak hal yang bena benar bisa di ambil sebagai pelajaran, misalnya :
1. Insecurity bisa menjadi bagian yang bermenfaat, ia bisa menjadi pemantik nyala api didalam dirikita. Artinya dia bisa buat kita bergerak, kita bisa bca buku ini karena kita insecure, karena kita merasa gak guna. 2. Insecurity cuman benda matii, dia cuman akal buah pikiran, ngapain kita pusing pikirkan dia. Bualan bualan lalu yang bisa hilang kalau kita fokus dengan perkembangan dirikita, bagaimana kita bisa terus berusaha “hidup” atau bagaimana kita terus berusaha survive atau bagaimana kita terus berushaa taat terhadapa ALLAH SWT. Jadi dibawa ke mana kah benda mati itu, yah hanya kita yang dapat menentukan, hanya kita yang bisa membwa itu, hanya kita yg menyetir, insecure duduk di samping sebagai penumpang yang buacot
Banyak sekali pelajarannya, sangat rekomendasi dan i love bahasa yg di gunakan cukup ringan, jadi sehari pun cukup kita baca.
3/5. Self help yes. I love the topic of insecurity based on society standard nowadays, especially kalo soal orang kerja dan kuliah yg bikin gatel. Relatable deh ya… Tapi hal yg agak menggelitik saya, tentang gimana ini diambil dr sudut pandang satu kepercayaan aja. Ini ga dibilang kalo bukunya menarget para muslim. Aku pikir ya, “mungkin non muslim bs baca.. kan cmn ada singgungan soal Allah,, dan sedikit kutipan ayat dan hadist, dan aku jg ada lah baca buku yg singgung2 soal budaya kepercayaan non muslim”—di stengah buku awal.
Tapi setengah buku lainnya, mulai tuh keliatan kalo target nasihatnya buat para muslim TOK. Kayak “banyak banyakin sholat” , yang non muslim pasti g merasa relatable yah. Makanya aku cmn suka di stengah buku awal, sisanya kayak “oh oke oke”. (Jujur sbenarnya self help yg terlalu spiritual kurang ngena buatku, not gonna say i dont believe in my faith.. its just, need a balance of realistic encouragement )
Yah aku sih muslim ga masalah… Cuman krn bukunya seakan ditulis untuk golongan yg universal , ini jd kepikiran buatku. Liat komen ada yg merasa sia sia beli, jd sayang jg kan pesannya jd ga bs tersampaikan ke banyak orang. Paling coba buat dikoreksi untuk “selalu percaya kepada Tuhan kita… beribada sesuai kepercayaan masing2…” dll. Atau ga ya ada tag teruntuk muslim dsb.
Btw selebihnya, oke kokk. Aku suka cara penyampaiannya kayak ada komunikasi dua arah, berasa dirangkul dan diberi nasihat oleh Kakak.
sedudukan doang bacanya🥹 my personal rating is 5/5! aku jarang kasih rating buku 5/5 tapi buku ini bener-bener worth banget. awalnya kukira bukunya cuman banyak yang suka karena terkenal dan overhyped tapi sama sekali berbanding terbalik dengan ekspektasiku! bukunya BAGUS BANGEEEET. banyak kata-kata penenang dan motivasi buat ngajakin kita jadi less insecure & be a better version of ourselves. kebanyakan kata-kata klise dan sering kita temui di buku motivasi tapi entah kenapa this book hits different! mungkin karena diselipin juga kata-kata yang buat kita lebih bersyukur sama sang pencipta🥹🤍 ayo gais bukunya beneran worth to try, ga akan nyesellll! kalian bakalan serasa lagi dipeluk pas baca bukunyaaa :D
PARAHH seketika jatuh cinta sama bukunya,,asli gw sempat ragu buat beli nih buku tapi akhirnya gw berhasil menetapkan hati *eaak* tapi beneran sih bukunya itu engga bertele-bertele dan bener2 yang straight to our life gtu dan akhirnya membuat gw lebih mengapresiasi diri sendiri.Thanks banget buat ka Alvi yang udah berhasil membuat gw menang dari rasa keinsecure-an ini
Rangkaian kata yang ditulis dibuku ini sangat membangun. Setiap baca dari buku ini ngerasa berdialog dengan penulisnya, seperti seorang kakak yang sedang kasih petuah untuk adiknya yang sedang ditahap minder. Tapi, aku juga punya saran untuk membaca buku ini dengan suara, seakan-akan you talking to yourself dan disitu feel jya dapet banget. You will know, bahwa diri kamu itu ga pantas untuk ngerasa insecure ataupun minder karena setiap diri orang itu punya bedanya masing-masing. Dan be different people, it's okay!
Oiyahh dengan membaca buku ini aku juga tau softskills apa yang harus aku kuasain dan aku nemu ide yang kesti aku kembangkan, and i wish i can do that :) pokoknya It's a really cool book! Ga bakal nyesel beli buku ini.
Merasa disentil. Nangis, dikit, bisa relate sama apa yang aku rasain beberapa tahun kebelakang sama tahun ini. Ternyata bukan aku nggak cocok baca non-fiksi, tapi aku nggak suka kalo terlalu relate dan egoku kesentil 😂
Buku self healing yang membantu kita untuk berdamai dengan insecurity dari berbagai sisi mulai fisik, overthinking masa depan, ekspektasi sekitar, merasa ketinggalan, hingga benci diri sendiri. Gaya penyampaiannya sangat asik dan unik layaknya diajak ngobrol santai.
Pertama-tama saya ucapkan Terima kasih kepada penulis yang sudah menulis buku ini! Terima kasih sudah menemaniku berbincang melalui buku ini:) Membaca buku ini seperti diajak berdiskusi tentang mindset-ku yang selama ini salah. Aku diajak memikirkan beberapa hal untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda. Sekali lagi, Terima kasih💙 semoga penulis selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan dimana pun berada!
Membaca buku ini membuatku merasa kehangatan hati yang luar biasa, kadang di beberapa bagian aku juga ingin menangis. Karena diingatkan lagi tentang apa yang selama ini aku lupakan. Yaitu bersyukur, sabar, ikhtiar dan kembali ke pada Allah.
Bagian favorit di buku ini pada insecurity 1: fisik yang kurang menarik karena aku sendiri tengah mengalami itu. Penulis membuatku melihat insecure yang kurasakan dengan melihat berbagai aspek dan solusi yang membuatku manggut-manggut sambil bilang "iya juga yaa?" Haha. Sekalipun insecure itu tidak hilang begitu saja, setidaknya aku memiliki mindset baru untuk menyikapinya.
Quotes favorit di buku ini sebenarnya banyak, tapi yang membuatku hampir menangis adalah:
"..saat kita kesulitan memaafkan diri ini, Allah masih mau memaafkan kita, mengampuni segala kesalahan kita.."
Baca itu bikin aku sadar kalau ternyata Allah sebaik itu, baikkk bangett bahkan lebih baik Dia padaku daripada aku pada diri sendiri:'(
Buku ini buku selfhealing sekaligus buku spiritual yang mengajarkan pembaca dua hal sekaligus: untuk berdamai pada kenyataan dan ingat kalau dunia ini hanya sementara dan bukan tujuan.
Bertekad menyelesaikan buku ini setelah ikut sesi reviu bareng @jejakwarna dan mbak @mfdhaz8. Awalnya sempat kehilangan minat karena kurang cocok dengan gaya menulis @alvisyahrin. Tapi akhirnya aku mencoba untuk fokus ke apa yang ingin disampaikan si penulis saja. Dan, rasanya sangat tidak rugi berjuang menyelesaikan buku ini.
Buku ini membuatku melihat banyak sisi lain dari insecurity. Kenapa sih rasa insecure selalu ingin dihindari? Dianggap sebagai suatu kelemahan dan penyebab masalah? Padahal, kalau kita memanfaatkan rasa insecure untuk hal-hal terkait iman dan amalan, rasa insecure itu sangat berguna. Bisa menuntun kita untuk selalu merasa rendah di hadapan Allah sekaligus memacu kita untuk berusaha beribadah lebih baik lagi, biar tidak tergolong orang merugi di akhirat nanti.
Bab-babnya banyak, beberapa bagian terasa diulang-ulang—dan ini yang menjadi salah-satu faktor kenapa aku kurang suka. Tapi nggak apa-apa sih, mungkin buat penegasan. Aku ngeliatnya juga kayak merepresentasikan gimana perasaan manusia yang biasanya suka mengelak terus, jadi kesannya kayak muter-muter di suatu masalah. Padahal inti masalah dan solusinya udah dikemukakan di awal tapi perlu diulang-ulang biar beneran bisa masuk ke logika berpikir kita.
Suka sama selipan terjemahan ayat Al-Qur’an dan hadits yang relate dengan materi yang sedang dibahas. Selain menambah kevalidan, juga membuatku sadar bahwa masalah psikologis—di luar yang udah didiagnosis oleh ahli medis, ya—itu memang boleh banget dikaitkan dengan agama. Misal kayak self-esteem yang rendah, merasa kehilangan arah dan tujuan hidup, nggak semangat menjalani hidup, nggak bisa move on, benci sama diri sendiri, sering envy sama pencapaian orang lain, dan sejenisnya, itu bisa dikaitkan dengan pemahaman agama.
Mengapa ada orang yang merasa dirinya tidak berharga, padahal dia adalah ciptaan Allah? Sedang Allah tidak mungkin menciptakan sesuatu yang sia-sia. Kenapa merasa nggak pede karena kondisi fisik padahal Allah berkali-kali menegaskan bahwa Dia tidak melihat gimana fisik seseorang, yang penting gimana iman dan amalannya. Kenapa mengemis validasi pada sesama manusia padahal ada Allah yang seharusnya didahulukan untuk diraih “validasi”-Nya? Kenapa merasa kehilangan arah dan tujuan, padahal sudah jelas impian terbesar setiap muslim adalah surga-Nya? Kenapa nggak memiliki semangat hidup, padahal kita udah dipinjemin tubuh dan akal yang seharusnya digunakan untuk beribadah?
Banyak hal-hal seperti itu yang dibahas di buku ini. Bikin aku sadar akan banyak hal, sekaligus mengingatkan lagi bahwa penilaian manusia itu adalah hal paling remeh yang perlu dikhawatirkan. Ditolak atau diterima, dibenci atau disayang, dijauhi atau diakrabi, bahkan dipuji atau dicela oleh sesama manusia, semua itu tidak seharusnya menjadi patokan bahagia atau tidaknya kita. Penilaian manusia sangat terbatas, lantas mengapa kita mati-matian mengkhawatirkan itu?
Sangat memotivasi untuk berusaha menjadi hamba yang lebih baik lagi 😊
Buku ini berisi 5 bab yang dibagi kembali menjadi beberapa subtopik yang menarik dan relate pada kehidupan orang-orang banyak, termasuk aku wkwk 😬.
Melalui buku ini, aku disadarkan bahwa sebenarnya insecurity is not 100% a bad thing 🙅♀️. Ternyata ada kalanya kita membutuhkan insecurity. Mau tahu? Makanya baca buku ini hihii 😆.
My opinion about this book 📚: Suka banget sama cara penyampaian konten atau bahasanya. Mudah banget dipahami 😍!! Bahasa inggris juga diselipi dalam buku, jadi selama baca buku ini, berasa lagi curhat sama temen gitu wkwk 😅. Gak formal-formal banget gitu loh 🔥!! Teks dalam buku ini juga pendek-pendek, makanya aku gak bisa berhenti baca! Rasanya kayak "Aduh dikit lagi ah tanggung" atau "Bentar lagi selesai bab ini, terusin lagi deh" 😂. Walaupun ini adalah buku self-improvement, buku ini bikin orang lupa waktu beneran wkwk 😂. Juga ada contoh-contoh yang mempermudah aku, sebagai pembaca, untuk memahami apa yang penulis ingin sampaikan 👍.
Tetapi menurutku buku ini kurang general atau umum 🥺. Aku notice ada beberapa bagian yang menurutku lebih dikhususkan atau ditujukan kepada wanita, meskipun buku ini bisa dibaca oleh para lelaki yang mungkin juga sedang merasa insecure. Terus juga aku tbh kurang merasakan dampak yang gimana-gimana gitu sih dari buku ini, tapi buku ini tetap healing banget 💖.