Kastil Fantasi discussion
Writing World
>
The Hero's Journey & Archetypes
date
newest »


Archetype adalah "a universally recognized symbol" yang ditemukan dalam berbagai bentuk cerita/storytelling dari budaya dan zaman yang berbeda. carl Jung awalnya menggunakan konsep archetype dalam psikologi untuk mempelajari sifat-sifat dasar manusia dan peran yang mereka mainkan dalam kehidupan.
Archetype merupakan konsep dasar yang di dalamnya termasuk stereotype dan epitome. Stereotype adalah tipe karakter yang muncul berulang-ulang yang oversimplified, sementara epitome adalah versi exemplified atau versi paling ideal dari archetype tertentu. Archetype hanya menggambarkan karakter serta perannya yang paling mendasar, sementara untuk menjadi stereotype atau epitome, archetype membutuhkan detil lebih banyak lagi.
Tujuh archetype utama dalam literatur adalah:
1. The Hero - sang protagonis atau karakter sentral, yang tujuan utamanya adalah pergi dari Ordinary World ke Special World untuk misi tertentu, biasanya yang melibatkan pengorbanan dirinya sendiri.
2. The Mentor - sang mentor memberikan nasehat, motivasi, pelatihan, atau equipment bagi The Hero.
3. The Threshold Guardian - sang penjaga yang melindungi Special World dan isinya dari The Hero. Threshold Guardian biasanya memberikan serangkaian tes dasar untuk membuktikan kemampuan dan tekad The Hero.
4. The Herald - karakter herald adalah pembawa berita penting. Isi berita adalah yang mendorong kemajuan cerita, misalnya di awal saat bagian Call to Adventure, atau bisa juga di tengah-tengah cerita yang mengubah haluan plot.
5. The Shapeshifter - shapeshifter adalah karakter yang tidak dapat dipercaya, namun mengenakan topeng yang menipu The Hero dan karakter lainnya.
6. The Shadow - shadow mewakili kualitas/kepribadian The Hero yang tersembunyi, yang gelap, sisi kepribadian yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Shadow tidak selalu jahat dalam arti sesungguhnya, bahkan bisa memiliki kualitas "redeeming" apabila The Hero berhasil mengenali, mengatasi, dan menerimanya. Semua lawan yang dihadapai The Hero biasanya mengenakan topeng "shadow" sehingga mereka menimbulkan efek langsung yang menguji kepribadian dan emosi The Hero.
7. The Trickster - trickster adalah tokoh "nakal" yang bertugas mengubah status quo. Trickster tidak jahat dan tidak baik. Ia adalah figur yang memaksa The Hero dan kawan-kawannya (dan juga audience) melihat keanehan, ironi, absurditas, paradoks, dari sebuah situasi yang awalnya tampak hitam-putih. "Kenakalan" trickster berguna bagi kemajuan cerita dan perkembangan pribadi para karakter.
Archetype tidak selalu berupa manusia/makhluk humanoid atau karakter tersendiri (misalnya, A adalah hero, B adalah mentor, C adalah trickster). Archetype bisa diwujudkan dalam bentuk benda (kitab mantra, peta ajaib, komputer/robot canggih), suara hati, ataupun sebuah situasi yang unik.
Sedangkan untuk contoh stereotype yang sudah [terlalu] banyak muncul dan sebaiknya dihindari (atau dimodifikasi agar jadi lain) adalah:
- The Damsel In Distress
- The Sidekick
- The Martyr
- The Wise Old Man/Woman


gue masuk kelas dan menyimak dulu ajah. :-D"
Haha iya, sekolah saya pake kurikulum luar, jadi kelas bahasanya, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, fokusnya adalah studi literatur. Grammar dan hal-hal teknis lainnya dibahas sambil jalan.
Oya omong-omong, dari stereotype yang paling saya gak suka itu, trio Hero-Sidekick-Damsel, karna tipikalnya the hero gets the girl (damsel), sidekick cuma menang ngasih humor doang. Tipikal film Hollywood nih. Saya seneng banget waktu J.K. Rowling ga menjodohkan Harry dengan Hermione :p

Untungnya bukan sih. Tapi tetep dia the girl of the trio, punya potensi jadi stereotype. Liat aja The Mummy, trio gitu juga, and the hero gets the girl.

Untungnya bukan sih. Tapi tetep dia the girl of the trio, punya potensi jadi stereotype. Liat aja The Mummy, trio gitu juga, and the her..."
Tunggu. Jadi keinget Spiderman yg di TV. Si sidekick yg pake skateboard ijo itu (entah namanya siapa) mati (demi) hero Peter Parker jadian sama MJ
(lho saia kan sudah janji ga ikutan diskusi)
**plestermulut

> Hero sudah di"build" sebagai orang hebat dari sononya.
> Hero ada di pihak yang salah
> waktu sedang memburu yang seharusnya dibela, hero mengalami pengalaman yang membuatnya sadar
> hero berpaling pihak ke jalan yang benar
> hero jadi pahlawan

green goblin? dia mah villain...

> Hero sudah di"build" sebagai orang hebat dari sononya.
> Hero ada di pihak yang salah
> waktu sedang memburu yang seharusnya dibela, hero mengalami pengalaman yang mem..."
Hero A yang sudah dibuild oleh salah satu pihak, kemudian bertemu dengan Hero B yang berasal dari pihak musuh. Ternyata keduanya adalah saudara kembar.
Jadilah film silat The Twins. :-D

green goblin? dia mah villain..."
iya. kalo Green Goblin mah villain, bukan sidekick, walaupun dulu emang sahabatnya si Peter.
contoh sidekick yg stereotype biasanya ya model macem Robin (yg selalu loyal ikut nendang dari samping), dan model anggota party yg konyol dan (dimaksudkan) sebagai tukang melucu.
tapi ya, karena sering dipakai, bukannya itu udah jadi bukti sebagai formula yg berhasil, dan wajar jika diikuti? hehe...

> Hero sudah di"build" sebagai orang hebat dari sononya.
> Hero ada di pihak yang salah
> waktu sedang memburu yang seharusnya dibela, hero mengalami pengalaman yang mem..."
Darth Vader, much? :D
Cerita tentang the fallen hero gitu sebenernya menarik ya. Apalagi klo heronya ga tau klo yang dia perbuat itu salah. Greek tragedy bener --> Oedipus Rex.

tapi ya, karena sering dipakai, bukannya itu udah jadi bukti sebagai formula yg berhasil, dan wajar jika diikuti? hehe... "
Sure! Kayaknya kita ga bisa menghindari beberapa stereotype. Tapii nurut saya gimana caranya supaya figur stereotype ini punya kualitas yang membuat dia tidak stereotype lagi. Misalnya... kalau boleh ambil contoh lagi dari Harry Potter, tokoh Dumbledore itu kan tipikal Wise Old Man, yang sekilas sama dengan Gandalf dan Yoda mungkin ya hehe. Tapi Dumbledore digambarkan tidak sebaik itu juga, karna motif dia membesarkan Harry dan menjadikan Harry "alat" membunuh Voldemort dipertanyakan. Belum lagi masa lalunya yang ternyata dark, dan fakta bahwa dia... ehm, gay.
Klo Yoda, menjadi tidak stereotype karna dia bukan manusia, berkulit hijau, dan pendek kecil sehingga mudah diremehkan. Hehehe.
Klo Gandalf, gak bisa komen karena saya cuma nonton filmnya, gak baca bukunya. Gak adil ntar :p
Dan mengenai karakter Sidekick, kalau kita memberikan peran penting kepada si Sidekick, dia jadi gak stereotype lagi koq. Peran pentingnya juga diharapkan dijalani dengan serius dan deliberate, jangan kebanyakan guyon dan kesannya jadi "gak sengaja berhasil" (ini formula H*llywood banget).

Tapi coursenya asik neh. Ikutan ngopi di sini aaah :)

Tapi coursenya asik neh. Ikutan ngopi di sini aaah :)"
Emang ngga sih. Beberapa orang yang hipersensitif (ato pervert?) mungkin uda bisa curiga dari kedekatan Dumbledore dan Grindelwald ya hehehe.

Tapi coursenya asik neh. Ikutan ngopi di sini aaah :)"
Emang ngga sih. Beberapa orang yang hipersensitif (ato pervert?) mungkin uda b..."
Kalo gak salah, the fact dumbledore gay itu keluar dari interview sama JK Rowling kan ya? Gak pernah secara eksplisit (atau implisit) dijabarkan di novelnya?

..tapi saia lupa di mana. D:

macam death note gituh, tokoh utamanya penjahat. hahahaha.

Buat saia, lebih menarik kalau tokohnya.. ga ad yang bener2 jahat (xD) cuma tujuan dan alasannya beda2, jadi konflik..


Ada ga yang semuanya baik? Enggak ada yg bener2 jahat, cuma tujuan dan alasannya yg berbeda2.
(eh itu sama aja ya) XD
Eh tapi, sebetulnya apa yg dianggap "jahat" dan "baik" di dunia fiksi si?

read forever wicked...
*promosi tak berbayar*

Kalau untuk jahat dan baik kayaknya menggunakan standar moral yang sama dengan dunia kita ya. Tapi kalau "protagonis" dan "antagonis", itu cuma a matter of characterization aja. Kayaknya dulu saya pernah diajarkan klo arti dari protagonis hanya "tokoh utama", sedangkan antagonis adalah siapapun yang motif atau action-nya bertentangan dengan protagonis.
Dengan kata lain, kalau protagonisnya anti-hero macam Light Yagami di Death Note, berarti antagonisnya justru si hero.
Topik ini saya ambil dari kelas bahasa Inggris waktu SMA. Saya lupa saat itu kami sedang membaca buku apa, yang jelas kami kemudian belajar tentang konsep "hero's journey" dan archetypes.
The hero's journey adalah kerangka besar perjalanan seorang tokoh dari mulai ia dipanggil dari kehidupannya yang biasa untuk menjalankan misi tertentu sampai pulang kembali sebagai sosok pahlawan. Kerangka konsep ini ditemukan dalam hampir semua kisah mitologi dunia, cerita rakyat, cerita religius, sampai cerita-cerita fiksi modern, terutama genre fantasi dan fiksi ilmiah.
Kegunaan hero's journey ini adalah sebagai peta dasar bagi cerita yang sedang kita bangun, dan memodifikasinya sesuai kebutuhan. Ada beberapa versi hero's journey, tapi secara singkat adalah sebagai berikut:
ACT ONE (1/4 bagian pertama)
The Ordinary World
Sang pahlawan biasanya tinggal di desa/kota/dunia yang biasa banget, bahkan mungkin paling miskin di dalam society mereka. Tidak jarang calon pahlawan ini hidup menderita, dianiaya, "forever alone", dan lain sebagainya. Kalaupun mereka memiliki keahlian tertentu, biasanya keahlian ini tampak tidak menonjol.
Call to Adventure
Pada suatu hari datanglah panggilan yang nantinya akan mengubah perjalanan hidup si pahlawan. Panggilan ini bisa berupa pengumuman, sepucuk surat, pesan/wasiat dari orang dekat pahlawan yang meninggal, buku/peta kuno, dan masih banyak lagi. Pokoknya, call to adventure inilah yang menggerakkan cerita, dan umumnya berisi semacam tantangan.
Refusal of the Call
Biasanya sang pahlawan tidak langsung menyanggupi panggilan itu dengan berbagai alasan. Bagian ini penting untuk menunjukkan kepada audience bahwa perjalanan sang pahlawan bukan tanpa resiko, serta berpotensi gagal.
Meeting with the Mentor
Sang pahlawan pasti memiliki mentor. Pertemuan dengan mentor bisa sebelum perjalanan atau selama perjalanan, baik ketika si pahlawan belum menyanggupi atau sesudah ia menyanggupi panggilan. Mentor biasanya memberikan nasehat, pelatihan, atau benda-benda yang berguna. Mentor bisa berupa benda mati, seperti kitab kuno atau komputer canggih.
Crossing the First Threshold
Bagian ini menandakan bahwa sang pahlawan akhirnya siap melakukan perjalanan dan menghadapi segala tantangan di hadapannya.
ACT TWO (1/4 bagian kedua dan ketiga)
Tests, Allies, Enemies
Sang pahlawan akan menghadapi serangkaian tantangan serta pertemuan dengan kawan dan lawan. Ia mesti membedakan mana yang dapat dipercayai dan mana yang tidak. Ia juga mempelajari "aturan main" dunia baru ini. Tidak jarang dalam bagian ini, terbentuklah kelompok yang berjuang bersama-sama sang pahlawan.
Approach to the Inmost Cave
"Inmost cave" di sini adalah tahapan di mana sang pahlawan (dan teman-temannya) bersiap menghadapi ketakutan terbesar mereka. Rencana disusun, tim dibentuk. Mungkin juga ada sedikit romance dan nervous jokes. Namun, mood utama dari bagian ini adalah ketegangan dan ketidakpastian walau segalanya tampak rapi jali. Kalaupun ada konflik, seringkali konflik tidak bersifat hidup-atau-mati, namun hanya memberikan semacam peringatan terakhir akan bahaya besar di depan.
The Ordeal
Ini merupakan life-or-death crisis yang utama dan terbesar di mana sang pahlawan menemukan ketakutan terbesarnya dan tantangan tersulitnya.
The Reward (Seizing the Sword)
Sang pahlawan yang berhasil melewati Ordeal akan mendapat hadiah berupa benda ajaib, senjata, pengetahuan baru, atau kekasih. Di sini sang pahlawan merayakan kemenangannya.
ACT THREE (1/4 bagian terakhir)
The Road Back
Sang pahlawan mesti memutuskan apakah ia akan kembali ke Ordinary World, serta bagaimana caranya. Jalan kembali biasanya sama sulitnya dengan jalan pergi, serta membutuhkan dorongan yang sama besarnya. Kadang-kadang dalam bagian ini muncul sebuah tantangan baru yang sifatnya lebih "divine" atau transendens daripada Ordeal. Sang pahlawan harus memutuskan antara mengikuti Personal Good yang sudah diraih, atau terus berjuang demi Higher Good yang belum tercapai.
Resurrection
Resurrection adalah "the hero's most dangerous meeting with death". Berbeda dari Ordeal, Resurrection menawarkan Higher Good; ia adalah pemurnian dari diri sang pahlawan. Di sini tidak hanya pahlawan dan timnya yang terancam bahaya, namun juga society/dunia mereka. Resurrection menguji kepahlawanan sejati. Biasanya si pahlawan digambarkan melakukan pengorbanan besar, dan kemudian "bangkit" kembali sebagai "manusia baru".
Return with the Elixir
"Elixir" yang dimaksud adalah hal yang diperoleh si pahlawan yang berguna bagi "penyembuhan" society/dunianya. Bisa berupa kebebasan, kemakmuran, cinta, kebijaksanaan, dan lain-lain. Karena Elixir adalah produk Higher Good, sifatnya juga lebih besar dan universal daripada Reward/Sword yang hanya merupakan Personal Good.