Rhein Fathia's Blog
June 25, 2025
Lulus Ujian Bahasa Ceko, mám radost!
Seminggu lalu, saya ikut ujian bahasa Ceko level A2 sebagai syarat mendapatkan permanen residen. Persiapan sudah sejak tahun lalu dengan ikut kelas intensif, lalu dua bulan sebelum ujian, saya menggunakan jasa guru privat agar lebih fokus. Bagi orang asing terutama yang tidak memiliki akar bahasa Slavic, bahasa Ceko itu susah banget! Bahkan orang-orang Ceko nya saja mengakui kalau bahasa mereka sulit dipelajari (LOL). Ujian ini juga termasuk dalam state exam, bahkan ada foreign police yang mengecek status kependudukan dan identitas sebelum ujian dimulai. Serius banget pokoknya.
Mirip dengan IELTS, ujian bahasa Ceko juga dibagi dalam 4 sesi; membaca, mendengar, menulis, dan bebicara/percakapan dengan minimum skor 60% tiap sesi. Membaca menjadi sesi yang mudah bagi saya karena meski masih banyak kosakata yang tidak saya hapal, setidaknya saya paham isi cerita, iklan, atau frasa yang disajikan. Sesi mendengar cukup menantang karena selain mendengar native speaker, isi percakapan dan pertanyaan juga cukup tricky dan butuh pemahaman untuk menarik kesimpulan. Malah saat belajar dengan guru privat, beliau pun beberapa kali salah saat latihan dan sempat bilang, "Sepertinya saya nggak akan lulus kalau ikut ujian" (LOL). Sesi menulis, meski isi kepala saya sudah tahu apa yang mau ditulis, tapi bingung bagaimana merangkai kalimat dalam bahasa Ceko karena tidak seperti bahasa Indonesia atau English, Ceko tidak terlalu menganut SPOK. Apalagi alfabet bahasa Ceko juga ada tambahan tanda seperti háček.
Sesi berbicara atau percakapan membuat saya ingin menangis karena susah T_T. Penguji ngomongnya cepet banget yang membuat saya nervous. Plus pertanyaan untuk hal-hal yang saya tidak pernah alami seperti; bagaimana kamu periksa ke dokter kalau kamu perokok? Coba deskripsikan dua anak laki-laki kamu latihan sepakbola? Apa yang kamu lakukan saat kamu kena denda karena tidak membayar tagihan listrik & gas?
Sepertinya itu adalah 15 menit tercemas yang pernah saya alami. Saya coba menjawab meski terbata-bata dengan kosakata dan grammar terbatas, kadang saya diam mencoba mikir lalu menjawab sebisanya, ada juga yang saya bilang "Tidak Tahu." Setelah keluar dari ruangan ujian, saya hilang harapan untuk lulus. Karena meski bisa di sesi membaca, menulis, dan mendengar, kalau tidak bisa mencapai 60% di sesi percakapan ya tidak akan lulus dan harus mengulang semua sesi dari awal. Setelah menelepon sahabat dan bercerita tentang situasi ujian, saya murung.
Satu hal yang saya syukuri adalah Aa' Bule mendukung penuh semua proses yang saya jalani. Selain dukungan dari awal saya belajar, beliau juga mengantar di hari H ujian dan menunggu di luar ruang ujian. Karena saya sedih, beliau langsung mengajak jalan-jalan, makan enak, makan eskrim, bahkan beli set sumpit kucing yang akhirnya membuat saya tersenyum haru.

Oiya, Aa' Bule ini sudah bercerita ke semua keluarga & teman-temannya (yang semuanya orang Ceko asli) kalau saya mengikuti ujian bahasa Ceko. Duh, kayanya kalau saya nggak lulus cukup malu-maluin ya (Haha). Apalagi Mami dan Tati menanyakan kabar setelah hari ujian, dan Aa' Bule bilang kalau saya stress dan sedih karena ujiannya susah.
Seminggu setelah ujian saya mendapat email "Gratulujeme!". Whoaah! Mám radost! Saya berkabar ke keluarga, sahabat, guru privat, coach tenis, landlord apartemen, banyak orang deh pokoknya. Respon mereka sangat manis, memberi selamat, dan membuat saya terharu. Mami bilang, "You see, you shouldn't underestimate yourself." Salah satu manager di kantor (orang Slovakia) bilang bahwa ini pencapaian besar, karena beliau tahu bahasa Ceko itu sulit. Coach tenis bilang dia akan mulai bicara bahasa Ceko dengan pelan dan kosakata yang mudah agar saya bisa lebih lancar komunikasi. Meski sering mendapat stereotip warga Ceko itu dingin & kaku, mereka ini aslinya hangat dan baik banget.
Warna indah kembali terlukis dalam kehidupan di Negeri Kastil. :)

Love is real, real is love. -John Lennon-
December 30, 2022
2022: Slightly Romantic Comedy
Here come the end of year so let me write and bit contemplate. I started this year by defending my diploma thesis and got excellent result (Yeay!). I was so happy no more study and just enjoying life by just work, gym, and relax. My brother came to stay in Prague for about a month and we travelled around Czech Rep. It was really refreshing to have my family here after I was trapped because of Covid-19 and can't see them.
Then, I went home on Spring for two months. Finally can celebrate Ramadan & Eid Al-Fitr with whole family in Indonesia. We also travelled to some islands and I did many adventure activities that I can't do in Prague (snorkeling, surfing, swimming in the sea, islands hopping, sailing, etc). I visited many restaurants and ate all my favourite foods and snacks in my hometown. So so happy!

While celebrating my freedom in my country after finishing my master degree, my Mom asked my promise that I will start date again after I finished school. Ugh! I mean, yeah.. actually I made those promise just for an excuse back then (sorry, Mom). But promise is promise. Then I confused, it's been a decade since the last time I had a boyfriend. The other love stories after that just dysfunctional-complicated-long-term relationship that made me questions myself, does a relationship worth to have for my future life? As Summer said, “Relationships are messy, and people’s feeling get hurt. Who needs it?” (500 Days of Summer)
I'm happy with my peaceful single life between work, travel, gym, books, writes, and small circle friends. How's dating rules nowadays? Where should I start? Most my friends on my age are married, how can I ask for their networking? Can they help me as matchmaker? Then my Mom said, "Try Tinder."
They said summer love is fun, so I installed a dating app and started the journey which until end of year made me complained to my best friend,
"Why my love life always a misery?"
"Actually, I saw your life now is like a romantic comedy," she responded. "It's because you're the main character so you cannot see it. I'm the one who see your life closely, it's totally romantic comedy."
I tried to see from her perspective. Hmm, maybe yes. I dated a guy who blabbered about financial and investment stuff without he knew that I knew much more than him (I studied finance). I dated a cute-shy-awkward-polite boy who treated me really well but he apologised after I rejected his intimacy request. I dated a father (divorce) of 11 year old daughter, which seems like I was more fit to be his daughter too. I dated a smart-polite-nice guy who talked a lot about history and politic of Czech Republic (yeah, I wasn't big fan of politic, sorry). I dated another guy who complained about his daily life too much (really, too much) and in the end made a racist joke about my brown skin. I dated a former basketball player with 202 cm tall who made me feels like a dwarf and hard to keep with his steps while we walked at the park. I dated guy who prefer skycrapper than beach and mountain (different taste of travel, so nope). I dated a hot-athletic guy who claimed he loves cats, but when I invited him to see my foster cat, he said "It's not a pussycat that I want to see." *me: facepalm*.
I was also joined a speed-dating which reminds me when I was studied in my MBA and need to practice elevator pitch to get investor for a start-up company. Imagine 10 ladies and 10 gentlemen met in a bar. I had chance to met all the 10 gentlemen and talk to each of them only for 5 minutes!
Then another guy, another guy, another guy. A scientist, a teacher, a software developer, a chef, a project manager who works with chandelier designer, etc. Yes, that was a lot! I felt like collecting data for statistic purposes.
I met someone special too. Although in the end (still) we aren't together, he's a wonderful person whom I feel grateful that he came to my life. In our short period of time, he gave me nothing but happiness. We had nice lovely time. It made me realised that yes, a long-term relationship with a nice person is worth to have for future :).
So, what I learn from this romantic comedy life? Well, now I know my type; smart, non-smoker, not racist, same age or younger, someone who has huge understanding that most of the time when I was so emotional it didn't mean I hate him or want to hurt him, it was because I sad or hurted (because of other thing) and need a hug or simple question "What happened?". Communication made dating efficient (I want this, he wants that, okay we want different things, let's end or be friends). Love yourself first. Always.
I still have issues from the past that most of the time made me nervous or worried to have a new relationship. I often think dating isn’t worth it if it only revealing my painful memories. What if this, what if that, am I wrong, what should I do, am I really want it, etc. I know lot of theory to manage them from hours of counseling. But still though, in reality, dating was wild and could made my brain messy. Sometimes it will hurt the man, which made me feel guilty. Well, I'm still human who made mistakes. I'm not always sweet Thia. I learn to ask for apology and forgive myself too.
I know I shouldn’t judge my future by what has happened in the past. I know that I am a kindhearted woman who has ability to love and care a lot. Although in my previous relationships this personality gave me pain in return, I still choose to be that me :).
But well, I was really brave to try dating again and I’m proud of myself. Letting my personal space (in my mind, my heart, my time, my flat) to be visited by stranger men wasn’t easy. Am I gonna continue dating again as new year resolution? Hmmm.. I don’t know. There was me before all these men, who can enjoy being on my own.
I always see my life as whole which consists of parts that gave value in my life; family, friends, career, education, hobbies, etc. If I can find a man that we can share value added and build healthy relationship, it would be lovely. Isn't it nice to have someone you can consistently share your grow up process and support you? :) I guess I’ll take it slow and no rush to look for those type of relationship. Good things take time. I just hope it's not gonna change genre to horror or serial killers documentary.
Ps. I tried & learned different thing again this year :)
Barca, 30.12.2022. Happy New Year!

Love is real, real is love. -John Lennon-
August 1, 2022
100 Kali Ikut Kelas Les Mills
Ternyata saya masih tidak berhenti mengejutkan diri sendiri :)
Siapa yang suka olahraga? Kalau saya dari dulu pemalas banget di urusan olahraga. Paling mentok itu jogging di treadmill yang penting badan gerak. Saat covid dan semua gym tutup, cuma jogging tipis-tipis ke taman dan pulangnya beli pizza. Itu pun kalau niat banget (joggingnya, kalau pizza sih selalu mau). Nyoba HIIT sekali dari youtube bareng Angie & Bisma malah bengek dan nggak mau lagi. Ga ada ceritanya niat banget menjadwalkan diri untuk olahraga, mikirin in-out kalori, ningkatin massa otot, dsb dll.
Sampai akhir tahun kemarin salah satu sobat di sini ngotot banget merayu untuk daftar ke gym dan ikut kelas. Alasannya karena udah dibayarin kantor jadi harus dimanfaatkan (bukan demi kesehatan). Ya sudah saya pun ikut daftar ke salah satu gym dekat rumah dan ikut kelas... yoga! Lagi-lagi sahabat saya dengan persuasif menganjurkan untuk ikut kelas les mills, terutama bodypump.
"What were you doing in Yoga class? You should join bodypump. It will give you sweat, energy, burn calories. Try bodypump!" ujarnya memaksa.
Untuk yang belum tahu les mills, silakan googling dan youtubing ya. Seru pokoknya! :)

Sesuai anjuran, suatu hari saya pun ikut kelas bodypump yang baru diketahui ternyata itu angkat beban. "Anjir, ga pernah kepikiran gw bakal nyoba angkat beban," pikir saya. Trainer di kelas baik banget, menjelaskan apa-apa yang harus disiapkan, saya diminta untuk mencoba beban paling rendah (total sekitar 5 kilogram), dan dia mau mentranslate semua instruksi ke bahasa Inggris di sepanjang kelas selama 1 jam (bahasa utama tentu bahasa Ceko).
Keesokan paginya saat bangun tidur, saya vertigo, dunia berputar saat membuka mata dan akhirnya muntah, seharian saya pusing meriang. Pertama kali dalam seumur hidup merasakan vertigo, sehari setelah olahraga ngangkat 5 kilo doang, (damn!). Ini efek yang lebih dahsyat daripada pegal dan kram setelah muay-thai waktu kuliah di ITB dulu. Ingin rasanya memaki si sahabat yang menyarankan ikutan kelas ini. Saat curhat kalau saya sakit, dia malah menjawab, "It's okay, have a rest and join the class again next week. Don't come everyday." Siapa juga yang mau ikutan tiap hari, Maemunah??
Eh ternyata benar saya ikutan lagi seminggu kemudian, masih di beban 5 kilogram, masih kaku dan tidak seimbang di tiap gerakan, masih sering stop di tiap beberapa hitungan, masih bengek saat kelas udahan. Namun, saya mulai mencari informasi lebih jauh tentang kelas les mills ini dan menjajal kombinasi yang pas untuk diri sendiri. Saya coba RPM (sepeda statis), langsung kibarkan bendera putih. Sepertinya kalau paha & betis saya bisa bicara, mereka sudah menjerit-jerit bagaikan masuk neraka. Saya coba Les Mills Barre, cardio dengan dasar gerakan balet yang bagus banget untuk stretching otot yang tegang setelah kelas angkat beban. Saya coba bodycombat, jauh lebih melelahkan daripada bodypump tapi saya lanjut karena trainernya tampan dan macho abis! Mirip Keanu Reeves zaman muda gitu, hahaha... (Ternyata pacarnya juga tampan, baguslah saya jadi fokus olahraga daripada flirting :p).

Fitness Center ini punya format yang bagus. Pertama, untuk ikut kelas harus daftar 48 jam sebelum kelas dimulai dan ini tuh cepet-cepetan. Saya sempat syok ada kelas yang langsung penuh hanya dalam waktu 30 detik! Biasanya kelas favorit (waktu strategis dan trainer yang asik) kompetitif banget untuk ikutan kelasnya. Untuk cancel pendaftaran paling lambat 2 jam sebelum kelas dimulai. Kalau nggak datang ke kelas tanpa cancel booking, akan diblack-list nggak boleh masuk gym selama seminggu. Sayang banget kan, nanti lemak makin menumpuk. Selain itu, gym juga punya aplikasi yang mendata tiap kali anggotanya datang ke kelas. Jadilah saya dan si Maemunah berlomba-lomba siapa yang paling sering datang ke gym :)). Healthy friendhsip, literally.
Dalam waktu 6 bulan, ternyata saya sudah ikut 100 kelas yang artinya rata-rata 4 kali seminggu. Apa efeknya? Berat badan naik (lhah?? Hahaha). Semoga karena naik massa otot dan bukan dosa. Dulu saya pengen punya pacar supaya ada yang bantuin untuk buka botol kaca (botol selai gitu loh), sekarang otot tangan udah cukup kuat untuk buka botol sendiri (meski tetep pengen punya pacar). Sakit saat PMS berkurang banget, meski tetap mengurangi kadar olahraga saat tamu bulanan datang. Lebih happy dan pede saat bercermin karena gelambir berkurang banyak. Jarang sakit dan endurance meningkat, ini terasa banget saat ikut aktivitas fisik seperti hiking. Oiya, saya nggak punya banyak dokumentasi saat ikutan kelas Les Mills jadinya nggak ada foto before-after. Intinya sih klise, sehat itu investasi. Kalau muka menua bisa operasi, tapi otot kencang itu susah banget dimanipulasi.

Yang awalnya nggak suka olahraga, sekarang rasanya aneh kalau nggak pergi ke gym. Konsistensi untuk terus datang ke gym bahkan sampai 100 kali tanpa motivasi khusus, bagi saya wow banget. Soalnya beneran nggak ada niat body goals atau turun berat badan (malah naik). Lesson learned: action & consistency will lead you somewhere. Posisi saat ini udah bisa angkat beban sekitar 15 kilogram, tentu akan meningkat lagi. Gerakan udah lebih solid dengan keseimbangan tubuh yang lebih stabil (arabesque!). Sekarang juga udah lebih aware dengan informasi terkait konsumsi protein, calori in-out, suplemen pendukung, etc. Untuk kesekian kali dalam hidup, saya surprise sama diri sendiri :)). I'm proud.
Love is real, real is love. -John Lennon-
June 29, 2022
Ulang Tahun dan Rumah
Home sweet home! 😻
Saat Bani pulang ke Bogor setelah sebulan tinggal sama saya di Praha, rasanya sedih dan mellow banget. Saya yang sudah terbiasa hidup sendiri dan jumawa dengan ke-independent-an, ternyata senang saat tinggal dengan orang yang dekat dan bisa saling memahami. Menyenangkan saat ada yang bisa diajak sarapan bareng, nyoba restoran baru, nonton, pulang kantor/gym mendapati apartemen nggak kosong, atau cuma diem-diem aja sibuk sama kerjaan masing-masing karena sejatinya kami sama-sama introvert.
Untunglah sedihnya nggak perlu lama-lama karena dua minggu kemudian, saya pulang ke Bogor. Yippie! Pas banget bulan ramadan jadinya nggak perlu nunggu buka puasa lama saat summer (Hahaha). It hits different feelings while you’re doing this spiritual-religious thing in a place where you’re experienced it for the first time or place you’re growing with it. Jalanan macet jelang maghrib, bukber merangkap reuni, tarawih, menu buka puasa yang malah merusak rencana diet, mendengar lantunan tadarus Bapak-Ibu, ketemu nenek dan keluarga besar, kue-kue, etc etc. Mau seberapa enak menu Lebaran di Kedubes RI di Praha, rasanya jauh beda dengan rumah.
Pulang ke Bogor membuat saya menyadari banyak hal. Makanan Indonesia itu super enak nggak ada lawan. Bergosip paling seru adalah dengan Ibu. Melihat Uki dan Bani menjalani keseharian mereka, saya terharu ternyata adik-adik tumbuh dewasa dengan ketangguhan masing-masing (tapi di hati saya, mereka tetap bocil). Momen makan siang dengan Bapak sambil diskusi banyak hal membuat saya makin menyadari I have the best Dad in the world, not only because of his responsibility to family, but also how he sets high standard to be a gentleman.
Dua bulan di Indonesia, saya kembali ke Praha. Terima kasih pada kantor dan bu Bos atas fasilitas membolehkan saya kerja remote. I love my family, so much. And I was excited to be back to Prague too. Kembali ke rutinitas kerja dengan kolega yang suportif, hang out dengan sahabat yang (alhamdulillah banget) selalu bisa saling memotivasi untuk upgrade skill dan karir, back on track 4-5 times a week went to the gym, jalan-jalan sendiri menikmati Praha yang cantik. This is the place where I belong to as well.
Meninggalkan Bogor berarti harus lepas dari semua fasilitas kenyamanan; bidet, kucing pereda stress, ga perlu masak atau mikir menu, ga bayar tagihan, ada yang bisa diajak ngobrol kapan aja, gampang cari jajanan enak dan murah, intinya kalau mau apa-apa tinggal request, “Pak, Bu, teteh pengen ini-itu…” Cling terkabul. Bogor adalah rumah nyaman tempat saya jadi anak manja. Kembali ke Praha, mendapati situasi yang memaksa keluar dari semua kenyamanan tapi membuat saya lebih hidup; bayar bill (inflasi yang bikin semua harga naik huhu T_T), mikir menu dan harus masak, hemat, rutin ke gym, benerin apa-apa kalau ada yang rusak di apartemen, bahkan keterasingan karena bahasa yang (masih) sulit dimengerti. Praha adalah rumah yang menyulap saya agar tumbuh menjadi manusia lebih baik.
Ngomongin tentang rumah, dulu tuh sempet merasa bersalah karena meski saya bahagia banget pulang ke Bogor, tapi saya juga bahagia tinggal di negeri kastil ini. Then I was thinking, it is okay. I should be grateful to have 2 amazing home.

Juni 2022, ulang tahun ke 35. Sejak tahun 2017 (usia 30) di mana saya merasa menjadi titik balik hidup, saya makin menyadari bahwa Tuhan tuh bener-bener penulis skenario hidup terbaik. Mimpi-mimpi yang terkabul, support system yang makin solid, kesehatan, rasa cukup atas rezeki yang dikasih, banyak banget deh pokoknya sampai saya bingung kalau ini adalah karma, pasti semua yang saya dapat ini turunan dari semua hal baik dan doa dari Bapak sama Ibu.
Bahkan, mimpi sesederhana “Pengen tinggal di Praha karena kotanya banyak kastil dan istana, jadi saya pengen merasakan hidup ala-ala di dunia Princess”, gitu aja dikabulin sama Tuhan. Kemudian nggak berasa aja udah tiga tahun saya tinggal di kota cantik ini. Maka, doa-doa ulang tahun saya nggak jauh beda; semoga Bapak-Ibu Uki Bani selalu sehat panjang umur, semoga pertemanan saya dengan Angie, Bisma, Chelsea bisa selamanya sampai tua, semoga saya makin dewasa dan bijaksana dalam menghadapi problematika hidup, dan semoga kamu sehat serta baik-baik saja di mana pun berada.
I love my life, with all the struggle, sadness, and happiness. I love my home, place where I feel safe and being accepted.
While Bogor provide me warm and comfort, Prague takes me to excitement and magic. :)
Negeri Kastil, Juni 2022.
Love is real, real is love. -John Lennon-
December 22, 2021
Kaleidoskop 2021

Ibu: Jadi ceritanya kamu itu dighosting ya, Teh?
Me: Iya Bu. Padahal dia udah ngomongin rencana-rencana masa depan.
Ibu: Ya ampun. Anak ibu diginiin.
Me: Udah nggak apa-apa kok, Bu. Awalnya Teteh emang kesel. Dia ga ada komunikasi tapi akun palsunya di sosmed aktif. Sampai suatu hari, Teteh justru nemu status dia di twitter dan setuju.

Awal tahun saya sempat kecewa karena lelaki, meski bukan untuk yang pertama kali (oh God, really??). Kemudian saya menghandle situasi dengan cara yang sama (karena sudah terbukti berhasil di kasus lampau): olahraga, baca buku, konseling, meminta support dari orang-orang yang sayang sama saya, fokus kuliah dan kerja.

(one way to know someone better was by checking their attitude on their alter account)
Seminggu setelah obrolan rencana masa depan, cowok itu tidak menghubungi saya lagi. Sebulan kemudian, saya menemukan twit dia di atas. Dalam pikiran saya, "Oh, ternyata selera drakor kami berbeda karena saya nggak pernah nonton tema selingkuh". Pikiran saya yang lain, "Apa saya mau menjalani masa depan dengan orang yang punya mindset seperti ini?" I know simple rule about man; 1). if a guy doesn't call you, he doesn't want to; 2) most of the time, they mean what they say.
It hurts. But I only have responsibility to make decision in my life. So, nggak mungkin saya tidak menghormati diri sendiri dan memilih end-up sama cowok kayak gini. Meski kami sudah berteman belasan tahun dan -of course- sayang sama dia. Ih Rhein, kamu stalking? Ya menurut ngana, cari pegawai aja pasti pake stalking. Masa' untuk pasangan hidup, nggak pakai background check. Urusan masa depan lho ini, perlu risk management yang serius.
I embraced the experience on how I was being vulnerable because of this situation. Dia tahu kalau saya punya trust issue. Such an irony that the way he treated me became a prove that my trust issue was reasonable. Saya nggak keberatan kalau dia nggak mau melanjutkan hubungan atau saya dicoret dari daftar ‘part of his plan’. Namanya hidup tiap orang datang dan pergi. It just, probably I shouldn't expect even for a simple talk. I should know he’s another ‘Mr. Never Told Me Why’. Well, I'm sure he has reason for his manners. We're different person, I understand if we have different perspective in many ways. I know he has nice side too. Selalu ada dua sisi cerita di setiap hubungan, bukan? ;) I'm sure we can find our own happiness.
Tuhan itu selalu Maha Baik. Secepat itu rasa kecewa dialihkan ke stress pengerjaan thesis dan belajar untuk state exam :)). Semudah itu Tuhan membuat kehidupan berlangsung cepat tiap waktu; liburan ke Indonesia, piknik sama keluarga, kuliah, ujian, presentasi, each end-month closing, vaksinasi, state exam, nulis thesis, ngolah data, nangis pusing karena overwhelmed sama kampus dan kantor, selesai nulis thesis, lulus state exam, ngisi seminar-seminar online (it always exciting to share experience about education and writing), nyari apartemen, pindahan, bantuin temen pindahan juga, pak bos yang baik resign, traveling ke Turki, deadline-deadline-deadline, traveling ke German & Austria, kerjaan nambah karena diikutsertakan ke tim lain, ikut kursus online untuk nambah skill di kerjaan, apply ke kerjaan baru, interview berkali-kali, keterima, resign dari kantor lama, ngabisin jatah cuti, shopping, menyambut pelajar Indonesia yang baru dateng ke Praha, farewell sama tim kantor lama, weekend short-trip with friends, gym-gym-gym, pindah ke kantor baru, dapet tim kerja yang super duper baik, santa secret party, xmass dinner, dll, dsb.
Waktu di Indonesia, saya nggak dapat banyak kesempatan untuk bekerja di perusahaan besar. Ternyata sama Tuhan dikasih kesempatannya pas udah di Eropa. Saya ngelamar ke 6 perusahaan dan dapat tawaran dari 4 perusahaan. Rezeki anak soleh emang nggak kemana. Guilty karena cuma bisa nerima 1 (ya iyalah). Tapi sebagai manusia yang paham habluminannas yang baik, pentingnya komunikasi, being respectful, dan bagaimana menjalin relasi sehat, tentu saya nggak akan ghosting perusahaan lain ;). Apalagi punya track-record baik dengan top 100 global companies itu penting.

Banyak kesenangan muncul dalam hal-hal kecil. Tahun ini saya belajar gambar, rutin ngikutin dari buku how-to. Awalnya tentu saja jelek dan mletot-mletot, lama-lama jari saya terbiasa dan bentukan gambar lebih baik. Oiya saya juga udah semakin rapi gambar alis dan nemu skincare yang cocok, hahaha. Skill masak juga makin variatif, bahkan beberapa kali menjamu teman dengan masakan sendiri. Omongan saya empat tahun lalu ternyata tidak terbukti. Semua bisa dilakukan kalau dicoba, semua ada waktunya.

Once in a while saya uninstall sosial media for the sake of mental health. Tidak hanya karena saya adiktif dengan postingan kucing, tapi juga restart habits untuk being present in real life. Rasanya melegakan ketika hanya berinteraksi dengan orang-orang yang saya kenal dan mengenal saya. No need to glance to any distraction, especially to account that I never met in real life. Dalam momen ini saya jadi bisa memilah: orang yang benar-benar kenal saya akan tahu kemana harus menghubungi meski saya tidak di dunia maya, dan saya pun tahu siapa yang bisa saya hubungi di dunia nyata. Just once in a while ‘off’ is relaxing. Saya juga masih senang berbagi karya (dan curcol) di dunia maya kok.
Perkara shopping, saya beli mesin kopi. Wah, sebagai pecandu kopi, saya doain yang nyiptain mesin kopi masuk surga karena manfaat banget. Ada barang-barang lain yang saya beli untuk menikmati hidup. Terima kasih pada kantor yang ngasih voucher belanja bulanan sehingga saya bisa beli banyak barang tanpa keluar budget dari gaji. Terima kasih pada kantor yang bayarin membership gym. Being sad and still can go shopping and exercise are bless (LOL). Saya pindah ke apartemen studio yang bagus. Awalnya sempat diajakin tinggal bareng temen di apartemen yang lebih besar dan harga lebih murah. Tapi saya mikir, sekarang kerja bakal sering dari rumah, saya butuh situasi yang nyaman, bebas, minim distraksi. Meski tentu teman saya sesekali datang untuk main atau menginap.
Bunch bunch of positive things return. I know I'm a finance girl, I invest a lot in myself, and my life become much more meaningful, surrounded by nice and kind people. Anggaplah saya ini tipe moderate risk taker dalam hidup. Karena kadang high risk itu bisa jadi malah investasi bodong. Hehe.. Selain itu, salah satu tolak ukur investment-growth kan bisa dilihat dari currency. Let's a person's character be his/her currency; that will tell you what s/he's really worth.
Be an angel investor and invest in yourself first.
I love this year. It wasn't easy, but I love the way I handle it. I love how God pours love to me. Saya happy karena makin memahami tentang cara punya kendali atas diri sendiri, just focus on my growth and be kind. Saya happy karena mampu mengakui dan menjadi vulnerable tanpa blaming ke keadaan atau orang lain, tapi fokus ke "What can I control? Does it will do harm to myself? Apa reaksi saya termasuk kategori berakhlak baik ajaran Rasulullah Saw?". These way of life for sure wasn't instant. I'm happy simply because I get better version of me. I wish I can grow gracefully.
Looking back, I just want to say "Oh, this is a great year and I'm awesome! Alhamdulillah". Saya (lagi-lagi) belajar banyak tahun ini. Masa depan itu misteri. Semoga saya bisa lebih baik dalam menghadapi kesedihan dan lebih bersyukur saat mendapat kesenangan. "Seek help through patience and prayer (QS 2:45)".

Selamat Natal dan Tahun Baru.
Negeri kastil, 21.12.2021
Love is real, real is love. -John Lennon-
December 3, 2021
Review iPad 9th Gen 2021

Review gadget ala-ala dengan fungsi mendukung hobi, kali ini jatuh pada iPad dan Apple Pencil. Sebelumnya saya pernah mengulas Kobo Glo (2015), lalu ganti ke tablet Amazon Fire HD (2018). Pas ganti ke Amazon, Kobo masih berfungsi bagus dan karena ada teman yang minat, saya jual deh. Terus sekarang ganti ke iPad, apa karena Amazon udah rusak? Enggak juga, sih. Saya tipe yang merawat barang dengan apik. Beli iPad ya karena pengen aja dan punya duit. Hehe.. Selain itu berdasarkan pengalaman, produk Apple awet dan bagus. Punya macbook Air dari tahun 2014 dan iPhone 6S Plus dari tahun 2018, keduanya berfungsi dengan baik sampai sekarang. So, why not try iPad to make my life happier and easier?
Okay let's start. Fungsi utama yang dicari adalah mendukung hobi: membaca, menulis, dan tahun ini saya mulai hobi menggambar. Selain itu kalau berdasarkan pendapat Bani dan Mput, iPad juga banyak faedah yang lain. Kenapa milik iPad 9? Karena di antara seri tablet keluaran Apple terbaru, doi paling murah tentu saja. Beli di Alza (semacam toped versi Czechia) seharga 9,785 czk atau setara IDR 6,350,000. Eh ngemeng-ngemeng, kalau pulang ke Indonesia perlu register gadget segala ga ya? Hmm.. never mind, let future me solve my future problem. Ini dia penampakan saat unboxing. Uwuwuuuw...

Untuk kebutuhan membaca, nggak banyak yang berubah dari apps di Amazon Fire; Kindle, NYTimes, Webtoon, Playbooks, Gramedia. Sekarang bisa nambah Kobo Books dan iBooks. Banyak banget cuma buat baca ebook? Tentu saja untuk survey harga yang lebih murah. Hehehe..
Untuk menulis, pilihan jatuh pada 2 apps utama: Notes (bawaan Apple) dan GoodNotes 5. Notes saya pakai karena bisa sinkron di semua gadget Apple, jadi biasa untuk nulis segala hal random mulai dari daftar belanja, curhat, atau ide tulisan. Oiya, saya tuh kan masih nulis dengan cara manual di notebook, terutama untuk catatan to-do-list, journaling, dan healing process (meski saya pelaku bullet jurnal yang tidak istiqomah). Nah, iPad ini popular juga dengan digital planner & journaling. Setelah nonton review sana-sini, saya memutuskan untuk install GoodNotes 5. Tadinya mau pakai Kilonotes karena gratis (LOL), tapi GoodNotes ada fitur bisa bikin folder, simpan file, dll. Lumayan kalau nanti nulis novel bisa lebih terorganisir penyimpanan file-nya. Saya juga install Story Planner for Writers untuk bikin rencana dan tracking project tulisan. Etapi emang kapan nulis novel lagi, Rhein? :p
Untuk kebutuhan menggambar, banyak yang merekomendasikan Procreate (kudu bayar). Cuma saya ini kan masih amatir dalam urusan menggambar, jadi sayang kalau langsung beli apps tapi nanti nggak digunakan dengan maksimal (beda dengan menulis). Jadilah pilihan saya jatuh ke Adobe Fresco, yang juga punya channel youtube untuk belajar gambar. Setelah sekitar sebulan pakai Fresco, kok ngerasa kalau tutorial gambar di yutub lebih banyak pakai Procreate. Ya sudahlah akhirnya diinstall juga. Hahaha.. Keduanya bagus dan cocok untuk dipakai profesional. Dari sudut pandang nubitol, Procreate simpel, banyak tutorial yang mudah diikuti apalagi untuk doodle, sedangkan Adobe Fresco punya brush cat air yang lebih menghasilkan kayak lukisan asli. Ini beneran pendapat amatir yah. Oh I love learn new skill!

Nonton: standar saja dengan youtube dan TED. Btw, saya bukan penggemar nonton, apalagi youtube. Tapi gara-gara cari info tentang iPad dan segala pernak-perniknya, wow ternyata youtube punya banyak bahan belajar yang berfaedah (kemana aja lu, Rhein?). Urusan belajar hal baru, apps coursera juga nyaman diakses dari iPad. Apalagi subscriptionnya dibayarin kantor kan mantap.
Bermusik: masih menggunakan Tabs untuk main ukulele yang ternyata memliki fitur lebih banyak di iPad daripada di Amazon Fire. Selain itu ada garage band untuk rekaman. Apps tersebut hilang dari macbook air yang sudah tidak bisa upgrade ke OS terbaru karena terlalu jadul. Huhuhu...

Well, apalagi ya? Games? Nggak ada. Saya bukan peminat game. Ketahanan baterai lumayan lama, saya biasa ngecas 2 hari sekali. Untuk pencil bisa dicas di iPadnya dan lebih cepat daripada ngecas di colokan biasa, entah kenapa. Konektivitas bluetooth bisa nyambung sama 3 devices sekaligus (speaker, keyboard, pencil). Belum pernah nyoba lebih dari itu sih karena ga punya devices lain juga. Kamera, jangan diharap karena peruntukan ipad bukan buat foto-foto. Saya pakai glass screen protector yang standar. Pertimbangannya selain harga lebih murah, screen protector yang paper like (konon) membuat lapisan tip pencil cepat aus. Mungkin kalau untuk yang full-time designer lebih enak paper-like. Oiya, pemakaian screen protector juga tidak mengganggu konektivitas pensil.

October 23, 2021
Tahun Pertama Belajar Gambar
Belajar satu skill baru tiap tahun menjadi ide seru sejak saya ulang tahun ke 30. Rasa-rasanya, usia 20an itu untuk explore dunia, dan usia 30an untuk explore diri sendiri. Daftar skill yang sudah saya pelajari;
2017: Main ukulele
2018: Bikin tas handmade dari kulit
2019: Masak
2020: Menjahit
2021: Menggambar
Ibarat kelas TK, skill menggambar saya tuh nol besar. Padahal Bapak arsitek, adik-adik jago desain dan melukis. Ya saya ngikut Ibu yang jago bercerita dan ngatur duit (LOL). But if I want to learn drawing, I should try.


Modal utama adalah buku tutorial How to Draw Almost Everything by. Chika Miyata. Di awal dijelaskan teori menggambar, pemanasan agar membentuk kebiasaan, jenis-jenis alat gambar, pemilihan warna, dll dsb. Selanjutnya tentu tinggal mengikuti step-step menggambar tiap bentuk. Mudah banget diikuti bahkan untuk saya yang ble’e banget. Untuk alat gambar, saya menggunakan pensil mekanik dan beberapa jenis alat mewarnai: crayon, pensil warna, spidol, dan pensil warna yang bisa jadi cat air. Koh-i-Noor Hardmuth jadi brand yang saya pilih karena produk asli Czechia dan menurut hasil nonton Youtube, hasilnya bagus-bagus. Harga juga terjangkau untuk nubitol.


Bulan pertama menggambar, ribet banget cuma bikin garis lengkung atau kuping hewan doang, ya ampun. Gambar-hapus-gambar-hapus, gitu aja terus. Di sini saya menemukan hal menarik, saya selalu membuat garis tegas, cepat, dan ketika tidak sama persis dengan buku tutorial, saya akan kesal dan hapus. Padahal tiap orang, tiap tangan, bahkan tiap waktu, itu kan pasti ada perbedaan. You just need to keep drawing and you’ll see improvement. Kemudian, saya menggunakan teknik garis halus ala bikin sketsa, perlahan, lebih sabar, bahkan mengganti pensil mekanik dengan alat warna langsung supaya lebih hati-hati karena susah dihapus.

Kata Angie, halaman gambar serangga di atas mirip buku pelajaran biologi (LOL). Saat menggambar kategori ini, saya belajar tentang detail, simetri, presisi, dan memadukan pensil mekanik serta spidol. Happy pas lihat hasilnya. Ternyata saya bisa juga menggambar kupu-kupu dan laba-laba cantik.



Pas banget gambar session kingdom flora ini ketika musim panas saat banyak bunga bermekaran warna warni. Summer surely pretty. Menggunakan teknik gambar dengan pensil warna langsung, saya belajar menakar ketebalan garis serta teknik arsiran supaya terlihat halus. Beberapa saya coba mencampur warna dengan cat air tapi ternyata skill saya jauh dari mumpuni (ya menurut lo).
From paper to screen, technology has been made trend to digital drawing. Seorang teman sesama nubi bilang, "Kalau digital drawing lebih banyak pilihan warna, nggak terbatas 24 atau 48." Padahal mah alat mewarnai kalau dipegang Bapak saya yang jago, jumlah sedikit pun bisa dicampur jadi beragam warna-warni. Ini mah emang kami yang amatir. LOL. Tapi toh saya terpincut hasutannya juga dan mulai belajar digital drawing.
Hal penting dari digital drawing mengingatkan saya akan creative writing. The significant key of art relay on artists' idea and technique. Menggambar di layar menggunakan aplikasi itu banyak kemudahan; saya bisa bikin lingkaran tanpa mletat-mletot, garis yang lurus, lengkungan rapi, mewarnani tanpa keluar garis, plus beragam jenis brush yang bisa langsung diaplikasikan dengan beragam ukuran. Nggak perlu kayak Bapak yang mau melukis butuh persiapan beragam jenis kuas. Tapiii saya hanya bisa sampai tahap meniru. Belum sampe skill saya ke 'tutup mata, dapat ide, lalu menuangkan dalam gambar penuh ketekunan dan kesabaran'. Mirip-mirip kalau saya nulis, lah (ya saya kan nulis udah dari SD, gambar baru mulai pas usia 33).

Kenapa sih, belajar skill baru? Pertama, karena naturalnya saya emang hobi penasaran, curious aja gitu. Kedua, untuk relaxing di waktu senggang. Perkara waktu senggang ini tricky, lho. Memilih aktivitas yang salah di waktu senggang bisa jadi bukannya recharge energy tapi 'ya biasa aja gitu'. Melihat kucing-kucing lucu di instagram itu menyenangkan, tapi bagi saya hanya mengisi energi yang sedikit karena tidak memiliki kepuasan di sana, tidak belajar hal baru, tidak ada excitement. Mengisi waktu dengan main ukulele latihan satu lagu baru, membuat saya excited karena ada progress baik dalam diri sendiri. Atau dengan baca buku, ada input serta inspirasi baru masuk ke otak. Menggambar hal-hal sederhana juga bikin saya happy karena setelahnya ada perasaan, "wah, ternyata bisa!" Kalau masak sih sudah pasti bikin saya kenyang.

Saya ini introvert, cara mengisi 'baterai' yang efisien adalah dengan melakukan aktivitas yang fokus pada menyendiri. Bagi beberapa orang, nonton youtube yang ada aktivitas orang lain mungkin jadi pilihan mengisi waktu senggang, tapi bagi saya tidak karena ada manusia lain di sana. Apalagi aktivitas war-comment di sosial media dengan orang asing, yang ada malah jadi low-bat :)).
Meski tidak berharap punya skill secanggih Bapak, saya hanya berharap bisa istiqomah belajar.

Love is real, real is love. -John Lennon-
October 9, 2021
A Day at The Same Time Zone

I was waiting for you that night at the airport. Sat on the bench, read an ebook, and tried to stay calm. I was thinking what should I say when you arrived. Should I hug you? Or even kiss you? Oh, I still remember you told me a story about a girl who pick you up at the airport and she brought you gift and cake. And what I brought for you that night? Gin and vodka.
Then, you're arrived. It's so awkward, isn't it? Many years ago we met and you said you want to hug me but I said no. But that night...
"How's your flight? How long was it?" You asked."Three and half hours. How's your flight? Tired?" "I'm okay. Let's grab a taxi. It's already late night."
I know you're tired. Almost 24 hours flight, many activities, hopped to many cities. Then you're here. We're here, finally.
And in the morning when I woke up, I smiled because I saw you lied by my side.
That day when we're at the same time zone. My heart almost exploded because I realised that we aren't on the phone.
Love is real, real is love. -John Lennon-
ps: I was opening my Evernote again and found this old piece. It's nice for posting.
June 23, 2021
To Another Trip Around The Sun
Hey June!

Bulan spesial kali ini cukup hectic dalam perspektif positif dan menyenangkan. Diawali dengan kumpul tim kantor setelah restriction melonggar. Kayaknya udah lamaaa banget nggak ketemu tatap muka sama mereka dan hepi bisa hang out bareng. Kemudian vaksin di weekend pertama yang nggak terlalu ngefek apa-apa kecuali pegel di daerah bekas suntikan pas jam tidur. Eh, sempet ngerasa otak agak 'pause' sih, karena pas kebetulan lagi nginep di rumah teman untuk belajar bareng. Pas kami tanya jawab, lah kok otak saya nge-hang bahkan ga bisa jawab pertanyaan gampang sekalipun (LOL). Entah ini efek vaksin atau emang lagi bego aja. Study sleepover ini lanjutan dari bulan Mei karena menyambut state exam yang akan menentukan apakah kami bisa dapat gelar setelah dua tahun belajar. Hasilnya: saya lulus (Alhamdulillah), tapi salah satu teman dekat saya nggak lulus :(. Ternyata state exam semengerikan itu, hampir separuh kelas nggak lulus dan harus ngulang September nanti.
Selain itu, karena kontrak dengan asrama habis bulan ini, saya pun mulai cari apartemen untuk tinggal. Prosesnya ternyata ribet-ribet seru. Ada yang bagus tapi ownernya hanya ingin menyewakan ke orang Ceko (kendala bahasa dan birokrasi). Ada yang tampak bagus di foto eh pas inspeksi ternyata nggak bagus. Ada yang luas, harga oke, dekat public transport, tapi unfurnished alias kosongan (belanja furnitur pe-er lagi, euy). Sampai akhirnya saya kontak realtor dan dapat apartemen bagus banget! Pas inspeksi, tanpa ba-bi-bu saya langsung bilang mau pindah minggu depan :)). Yang unik pas ketemuan untuk tanda tangan kontrak, ternyata kami semua dari warga negara yang beda-beda. Saya (Indonesia), realtor (Italy), owner (Ireland), dan lawyer (Czech). Yang pasti saya hepi karena bisa pindah ke apartemen bagus dan mereka hepi bisa cepet dapet duit. Apartemen studio yang akhirnya jadi rumah saya, luas, furniture lengkap (bahkan kelebihan), ada balkon, lingkungan tenang, public transport tinggal menclok ada bus stop di depan gedung, harga juga oke karena efek pandemic jadinya banyak harga sewa turun.

Highlight of the month: Ulang tahun! :D
I always take birthday seriously. Compare to other important days, birthday is the most special day in a year. The reason is simple, it reminds me of beautiful childhood when I was surrounded by people who love me (parents, siblings, friends) and all attention focus on me. By the time, I allow myself to be a little bit selfish on my birthday to make myself happy. That's why we call it happy birthday, isn't it? Usually I'll take holiday (from work or class), plan to go somewhere fun, eat a lot of delicious food, celebrate with people I love and love me back. I use my birthday as a day to pour love to myself as much as I can. And I never regret it. There are times when life was hard and I will try my best to smile and happy on my birthday. I imagine the day when I was born, my parents smile, pray, and hope for the best of my life. So, the sadness will passed.
Karena masih dalam situasi hectic kantor, pindahan, restriction, dan state exam, ultah kali ini di Praha aja supaya nggak ribet. Kebetulan tempat wisata baru dibuka kembali tanggal 7 Juni lalu, jadilah saya dan dua sahabat main ke kastil. Princess goes to castle on birthday. Yeay!! :D Spesial juga tower di Prague Castle dibuka (sebelumnya kalau beli tiket ga pernah ditawarin). Tower ini tingginya hampir 100 meter, nggak ada lift, sempit, remang-remang, tangganya muter-muter. Jadi bayangin aja naik tangga kira-kira 30 lantai, pas naik capek, pas turun pusing liat tangga muter :)). Mungkin ini alasan tower jarang dibuka pas rame wisatawan karena kalau ada yang nggak sanggup naik di tengah-tengah, bakal mampet.
Tapiiiii pemangdangan Praha dari Prague Castle Tower ini bagguuusss!



So, how's it being 34 years young? :D
Waktu ketemu sama Asel di depan St. Vitus Cathedral, dia bilang, "Thia, happy birthday. My wish for you is I want you stay being you. You are so kind with positive vibes person. Please don't change." Kalimat singkat dan sederhana yang menyentuh hati. Dia benar. Deep down in my heart I just want to be myself, be kind and positive in my imperfection.
Dear myself, happy birthday. Thank you for all the achievement you got, for no matter how hard you've been through, you choose to stay being you. Let's have another next journey around the sun. :)

Love is real, real is love. -John Lennon-
May 25, 2021
Bukit Vitkov

Usai UAS sore tadi, saya memutuskan jalan-jalan ke Bukit Vikov. Tempat ini menjadi lokasi yang paling sering saya kunjungi dalam satu tahun terakhir. Saat jogging, rutenya ke Bukit Vitkov. Lagi kesel dan stress, jalan santai ke Bukit Vitkov. Lagi senang, main ayunan di Bukit Vitkov. Lagi gabut, bawa sandwich dan kopi instan lalu duduk di pinggir Bukit Vitkov dan makan bekal. Favorit saya adalah menatap sinar jingga matahari terbenam menyinari segala penjuru kota Praha dari Bukit Vitkov. Cantik dan klasik.
Kali ini saya duduk agak lama di pinggiran bukit sembari mendengar harmoni denting piano Merry Go Round of Life by Joe Hisaishi. Musik favorit yang tidak pernah bosan saya dengar meski diputar berulang-ulang. Pemandangan kota Praha yang khas dengan warna atap cokelat-oranye, bangunan-bangunan Eropa klasik, gereja dan kastil di kejauhan. Ditambah aransemen musik yang cocok sekali untuk pengiring dansa waltz. Serasa dibawa kembali ke masa kerajaan Eropa sebelum perang dunia.
No, no, meski suka halu ingin jadi Princess, kali ini saya berpikir tentang hal nyata. Hey, kuliah saya udah selesai, lho. Hari ini uas terakhir, ngga akan ada kelas, tugas bejibun, diskusi panjang, atau kurang tidur untuk persiapan ujian. Tentu masih ada state exam dan sidang thesis beberapa bulan ke depan. Tapi hey.. saya sudah menyelesaikan semua mata kuliah selama 4 semester ini. Nggak terasa? Terasa lah! Nggak lagi-lagi saya mau mengulang kuliah di luar negeri. Perpaduan kuliah-kerja full time, jauh dari orang-orang tersayang, di masa pandemi pula. Bersyukur banget mental masih bisa tahan dan mentok sampai konseling aja, nggak sampai nyerah pulang ke Indonesia apalagi gila. Haha..
And it's life, isn't it? Just like merry go round, we just circle around. Masuk sekolah, teman baru, guru-guru, mata pelajaran, tugas-tugas, ujian, lulus. Dari usia 6 tahun siklusnya begitu. Sedih-senang, tangis-tawa, cemas-lega, puas-kecewa, cinta-hilang rasa. Hati manusia berputar tidak jauh dari itu semua. Yang beda hanya jarak yang kian jauh, sabar yang makin luas, dan kebijaksanaan yang kian matang. Bukankah kita hidup untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin? :)
Dalam 1-2 bulan ke depan saya akan pindah karena kontrak dengan asrama sudah habis. Kalau dapat lokasi yang berbeda dengan sekarang, mungkin bakal jarang ke Bukit Vitkov. Mungkin akan dapat taman lain dengan pemandangan lebih bagus. Mungkin juga bakal dapat taman yang biasa-biasa aja. Namun Bukit Vitkov akan jadi tempat istimewa.
"One day you'll come here, I'll take you to Vitkov Hill. We'll see the city, we'll see the sunset. We'll bring our own food and drink and spend time share our laugh and stories. Then when the night come, we'll see the moon, we'll see the stars, we'll see incandescent light from a far."
Love is real, real is love. -John Lennon-