Trinity's Blog
August 8, 2025
Ke Maldives nggak perlu menunggu honeymoon!
Maldives identik dengan destinasi honeymoon saking cakep dan romantisnya. Tapi kalau sampai sekarang jodoh belum ada juga, bukan berarti kita nggak ke Maldives!
Sebagai jomlo akut yang doyan traveling, minggu lalu saya bikin trip khusus untuk perempuan Indonesia usia 35+ yang sama-sama lajang ke Maldives!
Ide ini muncul setelah Instagram saya tahun lalu sempat dirujak netizen yang mencela cewek single jalan-jalan sementara orang lain menikah, punya anak, atau beli rumah. Rujakannya mulai dari “Lo ga tau enaknya jalan-jalan sama anak!” sampai “Kasian banget sih lo di hotel sendirian main timun!” Ebuset!
Saya memilih Maldives pun karena ingin going extreme di mana tempat yang identik dengan pergi berpasangan, tapi bisa kok ke sana sendirian. Lagi pula, saya penggemar pantai dan Maldives merupakan salah satu lokasi syuting film Trinity, The Nekad Traveler dan Trinity Traveler (iya, yang jadi saya itu Maudy Ayunda! Hehe!).
Akhirnya, saya bikin trip #TNTsisterstrip ini, bekerja sama dengan @MaldivesHemat yang saya puas pakai jasanya berkali-kali sebelumnya. Selama 4 hari/3 malam di Maldives seru banget! Hasil dari feedback form, 100% peserta mengatakan puas dengan #TNTsisterstrip ini. Saya tidak akan membahas trip ini, tapi yang lebih menarik adalah menceritakan para peserta.

Pesertanya 25 orang perempuan lajang, mayoritas berusia 40-an tahun. Mereka daftar sendiri, bayar sendiri, datang sendiri. Baru aja kumpul di bandara CGK (pada on time, bahkan before time lho!), semua sudah asyik ngobrol satu sama lain padahal baru kenal.
Pada malam pertama, saya mengadakan sharing session tentang kehidupan lajang dengan bintang tamu Ibu Eileen Rachman, pakar psikologi. Ia mengajukan pertanyaan, “Apa yang kamu banggakan dari dirimu sendiri?” Jawabannya benar-benar mind blowing! Kami semua bertepuk tangan riuh setelah setiap orang selesai berbicara saking kerennya. Mereka semua adalah perempuan mandiri yang sukses secara pribadi dan karier, dan yang tahu apa yang mereka mau. Bisa ketemu komunitas yang sefrekuensi begini rasanya kayak dipeluk rame-rame!
Sejak itu, kami jadi bonding banget. Island hopping, snorkeling, piknik, makan, nongkrong, belanja… nggak ada yang bikin nggak ketawa! Karena isinya semua perempuan, kami cuek dengan gaya masing-masing: pakai bikini vs pakai burkini, dandan menor vs nggak dandan, bertato vs kulit mulus, minum alkohol vs minum jus… bodo amat! Tonton deh videonya di sini.
Hari pertama moto kami “we don’t judge, we listen” pun berubah di hari kedua menjadi “we judge, we don’t listen!” Hehe! Maklum, mereka semua perempuan yang percaya diri untuk speak up tentang hal apa pun, bahkan menantang argumen orang lain. Namun, mereka memiliki EQ yang tinggi sehingga nggak baperan meski dicela, juga santai menertawai kekurangan diri sendiri.
Yang membanggakan, semuanya traveler tangguh yang memang sudah sering traveling sendiri. Disiplin tinggi, on time luar biasa (bahkan saling mengingatkan soal waktu), tech savvy, dan nggak merepotkan orang lain. Kami juga nggak terlalu pegang hape dan foto-foto bak influencer karena kami asyik ngobrol dan berenang. Lucunya, kadang control freak sampai foto selfie banyak yang mengatur soal posisi! Hahaha!
Dasar perempuan mandiri, kembali mendarat di CGK… kami tidak ada yang menjemput! Kami pun sama-sama berjalan kaki ke pangkalan taksi untuk pulang naik taksi sendiri-sendiri. Ternyata bukan cuma saya doang kayak begitu!
Kalau bilang “pergi sebagai stranger, pulang jadi sahabat” terdengar klise, tapi trip ini memang begitu keadaannya. Baru ketemu aja sudah berasa kenal lama saking familiernya, lama-lama makin familier karena sefrekuensi dengan vibe dan referensi yang sama. Sudah pulang pun WhatsApp Group masih ramai dengan celotehan bikin ngakak, bahkan sudah berencana untuk reunian!
Jadi, buat kalian jomlowati 35+ yang pengin ikutan #TNTsisterstrip juga, tunggu aja tanggal mainnya, ya!

Kalau Anda menikmati tulisan-tulisan perjalanan saya di blog yang sudah berumur 20 tahun ini, bolehlah traktir saya uang jajan. Terima kasih banyak!
June 21, 2025
Mengapa Bertahan Tinggal di Jakarta?
Sebagai warga ber-KTP Jakarta dan tinggal di ibu kota nyaris seumur hidup, saya betah-betah aja tinggal di Jakarta. Apalagi di Jakarta Selatan—ya, gue anak Jaksel banget! Hehe!
Memang, sih, Jakarta sering dicap sebagai kota yang kejam: macet, mahal, penuh polusi, dan bikin stres. Tapi kenyataannya, saya masih di sini, dan belum kepikiran pindah. Mungkin karena sejak 2007 saya jadi freelancer, jadi nggak perlu ikut ritual macet pagi-sore seperti jutaan orang lainnya. Keluar rumah paling buat meeting atau nongkrong, dan itu pun bisa pilih jam sepi. Pulang larut malam, ojol dan taksol selalu tersedia dan aman—meskipun saya tinggal di kuburan dan sering kali driver-nya yang malah ketakutan.
Jakarta memang mahal, no debat. Menurut survei, untuk hidup layak di Jakarta dibutuhkan Rp 14,88 juta per bulan. Sementara UMR-nya cuma Rp 5,39 juta. Bayangin, selisihnya 64%! Tapi untungnya saya single, childless, spouseless, dan car-less jadi bisa hemat banyak. Nggak perlu bayar sekolah anak, cicil rumah, atau isi bensin. Rumah warisan orang tua juga sangat membantu—tinggal bayar PBB yang bikin dompet meringis. Harga makanan di Jakarta memang lebih mahal, tapi pilihan kulinernya gila sih lengkapnya. Intinya, semua balik lagi ke cara kita ngatur keuangan.
Soal polusi? Saya sih nggak terlalu ngerasain karena rumah saya di kuburan yang banyak pepohonan jadi adem dan sepi. Nggak ada pabrik, lalu lintas juga minim, jadi udara relatif bersih. Polusi baru terasa saat balik ke Jakarta naik pesawat, karena dari atas langitnya abu-abu dibanding kota atau negara yang baru saya kunjungi.
Terlepas dari semua “dosa”-nya, menurut saya Jakarta tetap punya banyak nilai plus. Ini beberapa alasannya:
1. Mobilitas Mudah
Saya nggak punya kendaraan pribadi dan nggak merasa perlu karena transportasi umum Jakarta terbaik se-Indonesia. TransJakarta, MRT, LRT, KRL Komuter, sampai mikrotrans tersedia dengan jaringan luas dan jadwal cukup bisa diandalkan. Di jam sibuk pun sering lebih cepat karena ada jalur khusus.Trotoar Jakarta sudah makin layak buat pejalan kaki. Banyak yang lebar, nyambung ke halte, stasiun, mal, sampai perkantoran. Jalanan di Jakarta terang benderang, bahkan gang kecil pun biasanya ada lampu jalan. Di Bandung aja jalanannya masih poek!Bandara punya banyak pilihan maskapai dan rute, jadi tiket pesawat biasanya lebih murah karena banyak saingan. Apalagi kalau mau ke luar negeri, berangkat dari Jakarta lebih hemat dibanding kota lain.Fasilitas untuk disabilitas makin kelihatan: trotoar dengan jalur tunanetra, lift, toilet khusus, sampai akses kursi roda.2. Pusat Segalanya
Jakarta is where the money’s at. Mayoritas kantor pusat perusahaan besar ada di sini, dan peluang kerja lebih banyak.Cuma di Jakarta bisa ngerasain sensasi jadi “semut” di antara gedung pencakar langit. Setiap lewat SCBD sampai Thamrin, saya masih kagum!Fasilitas kesehatan terbaik? Ya di Jakarta. Dari RS pusat kanker, syaraf, sampai otak ada.Jakarta merupakan pusat hiburan dan gaya hidup, mulai dari nonton konser internasional, pameran seni, festival film, teater, sampai event kuliner. Belanja online? Pusat seller banyak dari Jakarta, jadi ongkir lebih murah dan barang lebih cepat sampai. Penting!
3. Fasilitas Terbaik
Taman kota banyak dan tertata. Ada playground, jogging track, skate park, sampai parkour. Banyak yang buka 24 jam dan gratis!Fasilitas olahraga lengkap banget. Dari kolam renang, gym, studio yoga, lapangan basket dan tenis, sampai tren terbaru kayak paddle—semuanya ada. Internet cepat dan stabil. Wi-Fi gratisan di kafe pun layak pakai, belum lagi jaringan 5G yang sudah menyebar.Listrik jarang mati. Nggak seperti di Medan, misalnya, yang sering byar-pet.Toilet jongkok nyaris punah di Jakarta! Ini penting buat kaum jompo dan gendut! Di luar kota, bahkan restoran bagus pun masih banyak toilet jongkok. Butuh vitamin sea? Tinggal nyebrang ke Kepulauan Seribu! Mau snorkeling, diving, atau cuma rebahan di pasir putih—semua bisa.4. Hidup Modern
Cuma Jakarta yang punya aplikasi khusus untuk melapor masalah lingkungan ke Pemprov DKI, dan diselesaikan dengan cepat. Saya pernah menggunakannya untuk komplen saat ada warung yang karaoke kencang tengah malam!Aplikasi apapun ada di Jakarta. Mau pesan makanan, jasa bersih-bersih, laundry, tukang pijat—tinggal pencet-pencet di hape. Saya sendiri penggemar belanja grocery online, barang apapun sampai dalam 30 menit, buka 24 jam.Etos kerja orang Jakarta lebih cepat, tanggap, dan nggak banyak basa-basi. Saya sampai culture shock pas tinggal di Semarang yang orangnya slow.Peluang side hustle terbuka lebar. Mau nyambi taksol, part-time barista, dropshipper, sampai jadi content creator—semuanya bisa. Banyak orang Jakarta kerja Senin–Jumat tapi tetap punya passion project atau tambahan income.Networking gampang. Komunitas apapun ada di Jakarta. Mau gabung ke komunitas lari, fotografi, start up, penulis, sampai crazy rich club juga ada.Jadi, nggak pengen pindah ke Bali atau #kaburajadulu ke luar negeri? Nggak! Masa-masa ingin kabur sudah lewat. Di usia segini, ogah mulai hidup dari nol lagi. Bisa makan enak dan tidur nyenyak aja udah bersyukur. Lagi pula, support system saya semua ada di sini.
Selamat ulang tahun ke-498, Jakarta! Meski sering dimaki, Anda tetap layak dicintai.
Kalau Anda, mengapa (masih) tinggal di Jakarta?
Kalau Anda menikmati tulisan-tulisan perjalanan saya di blog yang sudah berumur 20 tahun ini, bolehlah traktir saya uang jajan. Terima kasih banyak!
May 18, 2025
Liburan di Situs UNESCO: Tanjung Kelayang Reserve, Belitung
Kalau mendengar “Belitung”, yang terbayang mungkin cuma Laskar Pelangi dan pantai berbatu granit. Tapi ternyata, pulau kecil ini punya status bergengsi: sejak 2021, Belitung resmi menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark! Salah satu situsnya adalah Tanjung Kelayang Reserve (TKR) di utara pulau. Penasaran, saya dan sepupu pun memutuskan untuk liburan ke sana pada Mei 2025—setelah sekian lama nggak ke Belitung lagi.
Dari bandara Tanjung Pandan, mobil kami menempuh sekitar 45 menit. Begitu belok ke jalan kecil, suasana langsung berubah: hutan hijau menyambut dengan kicauan burung dari segala arah. Di sinilah lokasi Tanjung Kelayang Reserve, kawasan konservasi seluas 350 hektare yang jadi rumah bagi spesies langka seperti tarsius Billiton, trenggiling Sunda, elang ekor putih, dan pohon Pelepak.
Di ujung jalan, berdiri Hotel Sheraton Belitung, satu-satunya hotel bintang lima jaringan internasional di pulau ini. Jangan bayangkan bangunan menjulang dengan interior mewah yang nggak nyambung dengan lingkungan sekitar. Hotel ini justru tampil minimalis, menyatu dengan alam, dan mengusung konsep keberlanjutan.

Lobinya berbentuk piramida segitiga, membingkai langit biru dan pantai lepas. Bahan bangunan hotel 80% lokal agar mengurangi jejak karbon, mulai dari atap sirap kayu, plafon batang Renggadai (nelayan lokal menggunakannya untuk menjemur ikan), dinding batu bata putih daur ulang, cat dari kaolin, sampai lantai granit Belitung. Tiga danau kaolin berwarna hijau pupus yang tersebar di kawasan hotel menambah adem suasana. Taman pun tidak ditata “rapi”—dibiarkan saja pasir, tanah, daun gugur, dan pepohonan pesisir hidup sebagaimana mestinya, sampai kadang tupai dan biawak (salah satunya bernama Kevin!) santai saja melintas.
Hotel ini punya 123 kamar yang ramah lingkungan. Selama tiga malam, kami menginap di kamar tipe Ocean View seluas 53 m² yang nyaman. Furniturnya serba kayu yang dibuat oleh pengrajin Belitung berpadu dengan dan anyaman bambu, bathtub dari batu, dekorasi dinding berupa bubu penangkap ikan, dan tidak ada plastik sama sekali—air minum isi ulang di dalam botol beling. Balkonnya luas menghadap danau dan laut biru, dan yang paling ajaib: nggak ada nyamuk!


Fasilitas favorit saya adalah kolam renang infinity-nya yang besar dan panjang banget! Pas berenang sambil lihat sunset, rasanya nggak pengin keluar dari air! Selain itu, ada Fitness Center dengan peralatan gym lengkap, Kids Club yang interiornya lucu, butik produk lokal, dan Shine Spa by Sheraton yang pijatannya bikin merem-melek (pilih terapisnya Kak Murni deh!).

Restoran utamanya di tepi pantai, Island Restaurant, menyajikan menu berbahan lokal. Mulai dari Mie Belitung berkuah udang, Sup Gangan berkuah kunyit, sampai Ayam Ketumbar khas Belitung. Sarapannya juga selalu ada sudut makanan Indonesia yang berganti tiap hari: nasi liwet, nasi gudeg, nasi uduk komplit. Makan siang dan malam memiliki menu yang variatif: ada Asia, Barat, dan tentu Indonesia dengan rasa yang melebihi standar hotel. Paling juara adalah dessert-nya: Klapertaart dan Bubur Sumsum yang dimodifikasi cantik dan rasa manis yang pas!
Hotel juga punya aktivitas harian gratis. Saya ikut program Whistle Trail, yaitu trekking di hutan Tanjung Kelayang Reserve. Bang Akbar, peneliti biologi TKR menerangkan tentang Ghost Orchid (anggrek langka), pohon Pelawan (penghasil arang tanpa abu), dan pohon Pelepak (pembuat kapal dan junjungan lada putih). Bahkan saya diberi kesempatan untuk menanam bibit Pelepak dengan plang nama di sebelah Miss Universe 2024! Uhuy!
Lalu kami mengunjungi Honey Farm, peternakan lebah tanpa sengat (Heterotrigona itama) dan menyeruput madu langsung dari honeypot-nya. Mampir juga ke danau kaolin biru seluas 200 hektare—sumber air utama hotel yang ditampung dari air hujan, difilter, dan dialirkan sesuai jumlah tamu. Semua prosesnya dijalankan dengan tenaga panel surya, tanpa sumur dalam. Ekowisata bukan slogan kosong di sini.

Tentu ke Belitung tidak lengkap tanpa island hopping. Kami pesan lewat BlueMind Experience, dan berangkat naik kapal privat langsung dari pantai depan hotel. Handuk, air minum dingin, alat snorkeling, life vest, sampai sunscreen sudah disediakan. Pertama, ke Pulau Lengkuas yang terkenal dengan mercu suar putih yang dibangun Belanda pada 1882. Tak jauh, kami snorkeling di air laut yang jernih dengan terumbu karang yang sehat dan ikan yang banyak.
Di Pulau Kelayang, kami makan siang aneka seafood sampai tandas dan masuk Goa Kelayang. Kami pun mampir ke beberapa tempat, yaitu Batu Garuda, pulau pasir yang asyik buat foto-foto, dan keramba ikan kerapu yang merupakan supplier restoran di Sheraton. Terakhir, kami bersantai di pulau pribadi milik TKR dengan pantai pasir putih yang sepi. Saya sempat mencoba Stand Up Paddle sambil menunggu matahari terbenam, lalu minum air kelapa yang dipetik langsung dari pohon di situ.
Saat ingin suasana kota, kami ikut tur ke Tanjung Pandan. Di sana saya ikut workshop membatik di Sepiak Belitung di mana produknya dijual di butik hotel. Meski Belitung tak punya tradisi batik, mereka mengembangkan motif khas lokal seperti daun simpor, bunga keremunting, sampai lada. Tekniknya unik: daun Kerinyu digetok ke kain pakai martil khusus. Hasilnya? Keren! Kami juga mencicipi Gangan kakap merah dan Ikan Belubus di restoran Gangan Sari, lalu ngopi di Kong Djie, warung kopi legendaris sejak 1940. Tur ditutup di Tanjung Tinggi, lokasi syuting Laskar Pelangi. Kami duduk di atas batu granit besar, memandangi matahari perlahan tenggelam ke laut.
Malam terakhir di balkon hotel, saya menengadah ke langit. Gelapnya sempurna, bintang bertaburan, suara jangkrik, kodok, dan tonggeret bersahut-sahutan. Di dunia yang makin bising dan terang, suasana seperti ini makin langka. Tanjung Kelayang Reserve menenangkan—bukan hanya karena cantiknya alam, tapi karena cara ia menjaganya. Di tempat yang jadi bagian dari Geopark Global UNESCO ini, saya merasa seperti tamu yang dihormati oleh bumi.
Dukung blog saya yang sudah berusia 20 tahun ini dengan berdonasi di sini. Terima kasih.
May 2, 2025
Menyusuri Kejayaan Majapahit
Semua gara-gara sebuah buku yang dikasih tante saya. Judulnya Majapahit: Intrigue, Betrayal and War in Indonesia’s Greatest Empire karya Herald van der Linde, penulis Belanda. Setelah membacanya, kami napak tilas ke candi-candi peninggalan Majapahit di Jawa Timur pada akhir April 2025. Karena ini bukan wisata biasa, saya pun menyewa jasa Yoga—pemandu yang isi otaknya kayak Wikipedia, terutama soal sejarah Asia Tenggara.
Majapahit bukan sekadar kerajaan kuno yang namanya ada di buku pelajaran. Ini kerajaan yang benar-benar besar, bahkan pernah mengalahkan pasukan Kubilai Khan dari Dinasti Yuan (Tiongkok) pada 1293, sekaligus jadi tahun berdirinya Majapahit oleh Raden Wijaya. Puncak kejayaannya ada di masa Hayam Wuruk dan mahapatih Gajah Mada yang bikin Sumpah Palapa—janji untuk menyatukan Nusantara. Dari sanalah kekuasaan Majapahit meluas dari Sumatra sampai Papua, bahkan sampai semenanjung Malaya dan sebagian Filipina.

Sisa-sisa kejayaan itu masih bisa dilihat di Jawa Timur, terutama di Trowulan, Mojokerto, yang diyakini sebagai ibu kota Majapahit zaman dulu. Yang paling ikonik adalah Candi Bajang Ratu—gapura megah bergaya Paduraksa (gapura beratap) dari abad ke-14 yang dibangun untuk memperingati Jayanegara, raja kedua Majapahit. Pintu di sisi lainnya adalah Candi Wringin Lawang. Namanya berarti “pintu beringin” berbentuk gapura bentar setinggi 15,5 meter—salah satu gapura tertinggi dari era Majapahit. Keduanya memiliki ukiran halus dan presisi, menunjukkan betapa canggihnya arsitektur masa itu.
Tak jauh dari situ ada Candi Tikus. Namanya terdengar lucu, tapi ini sebenarnya petirtaan alias kolam pemandian suci yang terbenam di tanah. Dulu dipakai untuk ritual pembersihan diri oleh keluarga kerajaan. Ada juga Candi Brahu, yang diduga tempat kremasi raja-raja Majapahit, serta Kolam Segaran, kolam buatan seluas 4.000 meter persegi yang dipakai untuk jamuan tamu agung.

Di seberangnya ada Museum Trowulan yang menyimpan ratusan artefak: arca perunggu, patung Buddha, keramik impor dari Tiongkok dan Timur Tengah—semua bukti bahwa Majapahit terhubung dengan dunia internasional lewat jalur dagang.
Trowulan kini sudah direvitalisasi jadi Kawasan Permukiman Majapahit. Rumah-rumah penduduk dibangun dengan gaya arsitektur bata merah ekspos, desain yang terinspirasi dari zaman dulu. Saya suka banget melihat bagaimana sejarah tidak hanya dilestarikan, tapi juga dihidupkan kembali oleh pemerintah setempat.
Keluar dari Mojokerto, kami ke Blitar di mana ada Candi Penataran—kompleks candi Hindu terbesar di Jawa Timur. Nama aslinya Pallah sebagai candi pendharmaan untuk Ken Arok. Dibangun sejak Kerajaan Kadhiri pada abad ke-12, candi ini dikunjungi oleh Hayam Wuruk dan Mpu Prapanca. Kompleksnya luas dan reliefnya kaya cerita.

Masih di Blitar, Candi Simping berdiri sebagai tempat pendharmaan Raden Wijaya. Hayam Wuruk konon beberapa kali datang ziarah ke sini. Ada juga Candi Sawentar, yang disebut “Lwang Wentar” dalam Negarakretagama—tempat peristirahatan raja yang sepi. Tak jauh, ada Candi Sanggrahan. Denahnya berbentuk bujur sangkar dengan relief yang masih utuh. Ada dugaan ini tempat transit abu kremasi kerajaan.
Di Malang, kami mengunjungi Candi Kidal yang dibangun untuk Raja Anusapati, dengan relief kisah Garudeya, dan Candi Jago yang didedikasikan untuk Wisnuwardhana, dihiasi relief kisah Tantri dan Kunjarakarna seperti komik batu zaman kuno. Di Karangkates, ada Arca Ganesha langka—bukan duduk seperti biasanya, tapi berdiri.
Tak jauh dari sana, berdirilah Candi Singasari—tempat pendharmaan Raja Kertanegara, raja terakhir Singasari yang gugur saat pemberontakan Jayakatwang. Candi ini unik karena bergaya campuran Hindu-Buddha, mencerminkan sinkretisme kepercayaan pada masa itu. Di depannya, dua Arca Dwarapala berukuran hampir 4 meter berdiri menjaga gerbang kerajaan.
Di Tulungagung, ada Candi Gayatri untuk menghormati Rajapatni Dyah Gayatri—neneknya Hayam Wuruk. Diarcakan sebagai Dewi Prajnaparamita, kini tersimpan di Museum Nasional. Candi Mirigambar juga menarik, menghadirkan kisah cinta Panji Inu Kertajati yang populer sampai ke Thailand dan Kamboja.
Di Sidoarjo, ada Candi Pari—atapnya mirip gaya arsitektur Champa di Vietnam. 50 meter dari situ ada Candi Sumur dipercaya sebagai tempat spiritual. Di Pasuruan, perjalanan kami ditutup di Candi Jawi, tempat abu Raja Kertanegara disemayamkan sebagian, sisanya di Candi Singasari.

Masih banyak candi lain yang tersebar di sepanjang jalur ini: Candi Bangkal, Gununggangsir, hingga Jedong. Tak semua besar atau megah, tapi masing-masing punya cerita yang menjembatani satu kerajaan ke kerajaan berikutnya—dari Kadhiri ke Singasari, berpuncak di Majapahit.
Yang bikin perjalanan ini istimewa sekaligus miris adalah kenyataan bahwa semua candi itu tersebar di mana-mana—di tengah pemukiman padat, di ujung sawah, atau nyempil di gang. Sebagian kurang terawat, terkena vandalisme, bahkan terkunci sampai harus cari si juru kunci yang entah ke mana. Sedihnya, salah satu penjaga candi bahkan bilang bahwa dia kesulitan merawat situs karena warga sekitar menganggapnya tempat musyrik.
Dari situ saya sadar: betapa pentingnya kita kenal dan peduli dengan sejarah sendiri. Sayang banget kalau warisan sehebat ini cuma dibiarin begitu aja. Buat saya, napak tilas Majapahit di Jawa Timur bukan cuma jalan-jalan lihat batu tua, tapi pengingat bahwa Indonesia punya peradaban keren yang tidak kalah dari luar negeri. Jadi, kalau bingung liburan ke mana, coba deh mampir ke situs-situs ini. Selain bisa foto-foto kece, siapa tahu pulangnya jadi lebih bangga sama sejarah sendiri.
Perjalanan ini atas biaya sendiri. Bila Anda suka dengan tulisan perjalanan saya di blog yang berusia 20 tahun ini, silakan menyumbangkan uang jajan. Terima kasih.
March 14, 2025
Template Dokumen untuk Apply Visa
Sebagai pemegang paspor Indonesia, tantangan terbesar kita adalah visa untuk berkunjung ke banyak negara di dunia. Apply visa inilah yang bikin ribet karena dokumennya setumpuk, biayanya mahal, waktunya lama… dan belum tentu lolos pula! Maklum, Indonesia masih dikategorikan “dunia ketiga” alias negara berkembang.
Silakan tonton video ini saat saya presentasi tentang Traveling on a Third World Passport (jalan-Jalan dengan menggunakan paspor dunia ketiga) di Ubud Writers and Readers Festival 2017 hosted by PechaKucha Night. Audience yang mayoritas WNA di acara tersebut sampai terheran-heran betapa sulitnya WNI traveling!
Saat ini, paspor Indonesia sudah jauh lebih baik kekuatannya. Kita bisa bebas visa untuk berkunjung ke negara-negara yang sudah saya tulis di sini. Paspor kita akan lebih kuat lagi kalau kita memiliki visa Schengen dan Amerika Serikat. Dengan kedua visa tersebut, kita bisa mengunjungi 25 negara tambahan seperti yang saya tulis di sini.
Khusus untuk visa Schengen, baca cara apply-nya di sini biar bisa dapat visa multiple-entry dengan durasi 4 tahun kayak punya saya. Persyaratan yang diminta antara lain harus menyertakan sejumlah dokumen yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, seperti KTP, Kartu Keluarga, dan Surat Keterangan Kerja. Bila tidak diminta secara spesifik untuk diterjemahkan oleh penerjemah tersumpah (sworn translator), saya membuat semua dokumen sendiri. Puji Tuhan, selama ini saya apply visa Schengen selalu lolos!
Nah, untuk membantumu, saya sudah membuatkan template dokumen yang diminta di sini. Pokoknya kamu tinggal mengganti isinya sesuai identitas dan kebutuhanmu, jadi gampang banget! Ditanggung hemat waktu daripada bingung menerjemahkan kata “RT/RT, Kecamatan, Kasudin Dukcapil” dan nggak usah ribet bikin kolom-kolom di Kartu Keluarga.
Saya juga menyediakan template itinerary dari hari ke hari selama di Eropa sekalian tips mengisinya di sini. Dengan itinerary yang detail, sesuai dengan tiket pesawat, moda transpor, dan hotel, kemungkinan visa diterima semakin besar. Saya juga menyediakan template surat keterangan kerja dalam bahasa Spanyol di sini. Kali aja kamu mau traveling ke negara-negara Amerika Tengah.
Pertanyaan selanjutnya, berapa biaya template tersebut? Murah, kok! Biayanya mulai dari Rp 20.000 aja per template. Semuanya tersedia di platform Karya Karsa, jadi kamu tinggal log in dan bayar di situ. Pembayarannya aman, bisa menggunakan GoPay, OVO, ShopeePay, pulsa, transfer bank, atau melalui QRIS.
Jadi, save dulu aja template dokumen apply visa ini ya! Semoga perjalananmu lancar!
Dukung blog saya yang sudah berusia 20 tahun ini dengan menyumbangkan uang jajan.
January 27, 2025
Maldives Single Sisters Trip with Trinity!
Ke Maldives nggak perlu nunggu honeymoon sama suami! Ikutan aja Maldives Single Sisters Trip with Trinity, khusus untuk perempuan single 35+! Kita bakal menikmati keindahan Maldives sekaligus ngobrol santai tentang hidup, cinta, karier, dll bersama teman-teman baru yang sefrekuensi!
Mengapa Maldives?
Karena Maldives (bahasa Indonesianya: Maladewa) adalah salah satu negara terfavorit saya. Sebagai penggemar pantai dan underwater, Maldives kece banget! Sampai-sampai jadi lokasi syuting kedua film Trinity yang dibintangi Maudy Ayunda. Hehe!

Mengapa khusus perempuan single 35 tahun ke atas?
Seringkali kita terlalu sibuk ngurusin pekerjaan/ortu/saudara, padahal kita juga butuh me time dan healing. Sementara banyak teman kita yang sudah berkeluarga sehingga sulit diajak liburan bareng. Makanya trip ini diadakan, biar bisa langsung cus sendirian!Kalau trip isinya cewek-cewek doang, kita bebas mau ngapain aja! Mau pakai bikini kek, mau heboh selfie kek, mau jumpalitan, atau apapun… we don’t judge! Inilah saat untuk menjadi diri sendiri!Kita bisa punya sisters yang memiliki keresahan yang sama namun saling mendukung! Dengan usia dewasa dan kurang lebih sama, obrolannya pun nyambung.Saya siap sharing mengenai hidup parentless, spouseless, dan childless, seperti bagaimana berdamai dengan diri sendiri, bagaimana menanggapi omongan orang, mempersiapkan masa tua, dll. Mau nanya tentang traveling dan buku TNT juga bisa!Kapan?
Ke Maldives bareng Trinity 31 Juli – 3 Agustus 2025
Masih banyak waktu untuk minta cuti dan menabung!
Ngapain aja di Maldives?

Modalnya apa aja?
Paspor yang masih berlaku maksimal 6 bulan sebelum tanggal expired.Visa Maldives untuk WNI itu gratis! Tinggal dicap di bandara Male.Membayar total biaya sebesar Rp16.500.000,-/orang.DP (down payment) sebesar Rp9.000.000,-Kok mahal? Karena hanya Singapore Airlines yang memiliki waktu terbang terbaik (maskapai lain transitnya lama banget!), sehingga tiket pesawat harus dibeli secepatnya biar bisa satu grup. Sisanya bisa dicicil, kok! Pelunasan maksimal 31 Juni 2025.Daftar ke WA Admin @maldiveshemat di 0877-7710-5327 dan transfer pembayaran ke BCA 206-2727-277 atas nama PT Jelajah Semesta Berkah Nusantara (jangan tertipu, hanya ini WA dan akunnya!).
Termasuk apa aja?
4-star beach front hotel (twin sharing) di Maafushi dengan rooftop pool yang asyik!Speedboat transportationMeals sesuai yang tertulis di itineraryReturn flights with Singapore Airlines (5-star airlines!) dengan bagasi 25 kg.Water & tour activitiesSharing session with TrinityMaldives Green Tax (pajak konservasi alam)Guide tipsTidak termasuk:
Add on trip (opsional). Pilihannya bisa day trip ke resor mewah di Olhuveli atau Vadoo yang termasuk menikmati segala fasilitas resor, makan siang, minum, dan speedboat transfer seharga Rp 2.550.000,-/orang. Bisa juga ikut day trip untuk snorkeling bareng hiu di Shark Bay seharga Rp 1.150.000/orang.Pengeluaran pribadi.Informasi dan pendaftaran: WA Admin @maldiveshemat: 0877-7710-5327 (jam 10.00-17.00 WIB), bukan DM ke saya.
Tempat terbatas, jadi buruan daftar, ya!
See you on the sunny side of life, sisters!
FAQ (Pertanyaan Umum)
Aku cowok bisa ikut? Tidak.Aku berusia 50 tahun, apakah bisa ikut? Usia 35+ artinya mulai dari 35 tahun ke atas, jadi usia 36, 47, 50, 60 tahun juga masuk selama sehat. Aku single mom, apakah bisa ikut? Single atau lajang artinya belum pernah menikah dan janda, jadi bisa banget!Aku single mom boleh bawa anak kecil? Tidak. Ingat, ini 35 tahun ke atas!Aku 33 tahun bisa ikut? Hampir 35 begini boleh lah. Tapi kalau 20-an, maaf tidak bisa ikut. Aku menikah dan punya anak bisa ikut? Ini bukan prioritas kami. Waiting list dulu ya!Apakah makanannya halal? Maldives itu negara 100% Muslim jadi aman, apalagi kita akan berada di pulau lokal.Syarat dan ketentuan
Bila harga tiket Singapore Airlines naik (di luar bujet paket), maka kelebihannya ditanggung peserta, atau dicarikan pesawat lain. Hubungi WA Admin @maldiveshemat untuk detailnya.Pembatalan oleh peserta maka DP dan seluruh pembayaran yang sudah dibayarkan bersifat non-refundable (tidak dapat dikembalikan).Force majeure selama trip dari pihak maskapai seperti pembatalan/keterlambatan/bagasi/hambatan lain dan juga hambatan transportasi lokal, kerusuhan, wabah penyakit, bencana alam, dan lain sebagainya, maka pihak @maldiveshemat tidak bertanggung jawab untuk pengembalian biaya atas jasa yang sudah dibayarkan dan tidak digunakan. Pihak @maldiveshemat tidak dapat dituntut dan segala biaya akan ditanggung oleh peserta.Demi kelancaran tour, acara perjalanan dapat berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.Dengan melakukan pembayaran ke akun bank PT. Jelajah Semesta Berkah Nusantara, peserta sudah paham dan dianggap menyetujui syarat dan ketentuan yang berlaku.
January 20, 2025
Surat Wasiat untuk Diri Sendiri
Pada ulang tahun saya 2025 ini, saya menghadiahi diri sendiri sebuah Akta Wasiat yang disahkan notaris. Surat wasiat adalah dokumen hukum yang berisi instruksi tertulis tentang bagaimana harta dan aset seseorang akan didistribusikan setelah meninggal. “Lho, ngapain mikirin mati sekarang? Serem amat!” komen netizen saat saya posting di Instagram. Mungkin banyak yang menganggap membicarakan kematian itu tabu, namun bagi saya justru harus dipersiapkan. Kita tidak pernah tahu kapan meninggal, bukan?
Sebagai perempuan yang parentless, spouseless, dan childless, saya tidak banyak khawatir kalau meninggal akan bagaimana-ini-itu di dunia seperti orang yang memiliki anak. Saya tidak punya siapapun yang akan saya wariskan ketika saya meninggal, jadi lebih baik saya donasikan, meski harta saya tidak banyak. Tujuan saya hanya ingin bermanfaat, tidak ingin ada yang bersengketa, dan tidak ingin merepotkan orang yang nantinya ditinggalkan.
Banyak juga netizen yang menanyakan cara membuat Akta Wasiat, oleh karena itu saya merangkumnya di sini. Saya tidak tahu bagaimana di hukum Islam, tapi karena saya Kristen, jadi saya menggunakan hukum perdata negara.
Ini yang harus disiapkan:
Persiapkan mental! Menulis surat wasiat itu lumayan bikin stres karena membayangkan kematian diri sendiri.Mengidentifikasi semua harta atas nama Anda, seperti rekening bank, asuransi, royalti, surat tanah, rumah, dan lain-lain yang ingin kita wariskan.Menjabarkan siapa saja penerima wasiat dan berapa besarnya (bisa dalam persentase atau jumlah dalam Rupiah). Dalam hal ini saya memilih untuk mendonasikan untuk gereja dan beberapa yayasan. Pastikan contact person, alamat, nomor telepon, dan rekening bank yang benar untuk setiap penerima wasiat. Bila akan diberikan kepada perorangan, mintakan juga fotokopi KTP-nya. Mereka semua tidak perlu diberitahu bahwa akan menerima waris.Menentukan eksekutor yang akan menjalankan wasiat. Pilih seseorang yang Anda percaya dan bersedia menjalankan wasiat, serta lebih muda daripada kita (penting!). Sebagai upah keribetannya, cantumkan dalam isi wasiat berapa banyak Anda akan berikan. Mintakan fotokopi KTP-nya karena akan dicantumkan ke dalam akta, yang nantinya akan dimintakan oleh bank untuk mencairkan dana kita dan mentransfer kepada penerima wasiat.Menentukan dua orang saksi. Kedua saksi ini bukan penerima wasiat dan bukan eksekutor sehingga tidak tercantum dalam isi wasiat. Saran saya, pilih sahabat atau saudara yang kira-kira umurnya bakal lebih panjang dari kita. Mintakan KTP mereka karena harus dicantumkan sebagai bukti dan wajib hadir saat penandatanganan akta. Fungsi saksi ini adalah ketika kita meninggal, merekalah yang akan memberitahu keluarga bahwa ada Akta Wasiat di Notaris X untuk dijalankan. FYI, pihak notaris pun akan menyediakan dua orang saksi.Menentukan di mana kita akan dikuburkan dan cantumkan nomor Surat Makam. Bisa juga minta dikremasi, asal non Muslim. Saya sendiri meminta dikuburkan satu liang dengan kedua orang tua saya yang telah disetujui saudara kandung. Sebenarnya pasal ini opsional untuk dicantumkan, tapi lebih baik dinyatakan agar mempermudah yang ditinggalkan.Cara membuat Akta Wasiat:
Pilih Notaris di mana saja, asal sewilayah dengan KTP (berlaku seperti kita mengurus akta tanah). Kalau bisa yang dekat rumah saja, biar mudah untuk bolak-balik mengurus akta wasiat. Surat wasiat sebenarnya tidak wajib didaftarkan ke notaris, tapi supaya mendapat legalitas yang kuat, perlindungan dari sengketa, penyimpanan yang aman, dan jaminan kepastian hukum maka akan jauh lebih baik dilakukan oleh notaris.Pastikan Akta Wasiat didaftarkan ke AHU Wasiat di Kemenhunkam.Memberikan fotokopi KTP dan KK.Biaya notaris biasanya berdasarkan persentase dari total nilai kekayaan yang diwasiatkan, umumnya sekitar 1% sampai 2,5%. Tapi ini bisa dinegosiasi dengan alasan harta saya cuman uang di rekening bank dan untuk didonasikan.Berikan daftar harta dan peruntukannya, serta hal-hal lain yang ingin dicantumkan dalam wasiat.Notaris akan memproses, memberikan draft Akta Wasiat, lalu kita periksa. Proses ini akan memakan waktu lama bolak-baliknya. Saya sendiri memakan waktu hampir setahun! Saya yakin kalau Anda sudah membaca tulisan ini, prosesnya akan lebih cepat, tidak seperti saya yang masih belajar.Bila kedua belah pihak sudah setuju isinya, tentukan tanggal penandatanganan akad bersama kedua orang saksi dari pihak kita.Setelah terdaftar di Kemenhunkam dan Akta Wasiat selesai, simpan aktanya.Semoga informasi ini berguna, ya! Tetap semangat!
Bila Anda suka dengan tulisan saya di blog yang berusia 20 tahun ini, silakan menyumbangkan uang jajan di sini.
October 12, 2024
5 Destinasi Wisata Otentik Bali
Meskipun saya sudah sering ke Bali, tapi Bali nggak pernah ngebosenin karena vibe-nya asyik dan selalu ada hal baru untuk dijelajahi. Selain itu, Bali memiliki banyak destinasi wisata yang otentik, yang hanya ada di Bali doang. Istilahnya, nggak buka cabang di Jakarta atau di manapun!
Ini saya rekomendasikan 5 destinasi wisata otentik Bali–semua titiknya bisa kamu capai dengan layanan GoCar dari Gojek di Bandara Ngurah Rai;
Nasi Ayam Bu Oki“Belum ke Bali kalau belum makan nasi ayam Bu Oki” adalah istilah yang sering didengar. Tak heran warung Nasi Ayam Bu Oki banyak diminati para turis domestik, termasuk saya. Biasanya, begitu saya mendarat, langsung menuju warung Bu Oki di Jl. Raya Tuban, sebelum check-in ke hotel.
Seporsi nasi ayam khas Bali ini terdiri dari nasi putih, ayam betutu, ayam suwir, sate lilit, telur, kacang tanah goreng, lawar kacang panjang, urap, dan sambal matah. Kita bisa pilih yang biasa atau pedas. Wah, rasanya enak dan nggak pernah berubah dari dulu! Gurih, pedas, manis yang seimbang dengan bumbu yang meresap ke dalam ayamnya. Porsinya juga pas mengenyangkan dengan harga Rp 25 ribu/porsi.

Warung Nasi Ayam Bu Oki hadir di Bali sejak 2002. Pemiliknya, Ibu Sri Maryawati, mulai berbisnis kuliner sejak terkena dampak dari Bom Bali 1 yang membuat perekonomian keluarganya memburuk. Awalnya buka warung di emperan, saat ini sudah ada enam cabang, yaitu di Jimbaran, Nusa Dua, Ungasan, Tuban, Kuta, dan Sanur. Catat ya, jam bukanya dari jam 8 pagi sampai 9 malam. Yuk lah, dicobain!
2. Pasar Ikan Kedonganan
Makan seafood di Pantai Jimbaran Bali sepertinya sudah menjadi agenda wajib turis domestik, namun lama-lama saya nggak kuat dengan antrean panjang dan harga yang mahal. Beberapa tahun belakangan, atas saran warlok Bali, saya pun berpindah makan seafood di Pasar Kedonganan dengan harga yang jauh lebih murah tapi rasanya tak kalah nikmat!
Pasar Ikan Segar Desa Adat Kedonganan berada di Jl. Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta–hanya bergeser 10 menit berkendara ke arah utara dari Jimbaran. Perlu dicatat, pasar ini bukanya jam 7 pagi sampai 7 malam. Di pasar ini kita membeli aneka seafood seperti ikan, kerang, udang, cumi-cumi, lobster, dan kepiting. Harganya bervariasi tergantung ketersediaan, sekitar Rp 25 ribu/kg sampai Rp 100 ribu/kg, kecuali lobster dan kepiting bisa mulai dari Rp 125 ribu/kg.

Banyaknya seafood yang kita beli di pasar perlu disesuaikan dengan daya tampung perut, karena setelah itu, kita bawa ke salah satu warung di kawasan pasar untuk dimasak. Biayanya sekitar Rp 20 ribu/kg, sudah termasuk sambal yang pedasnya nendang. Pesan aja nasi, sayur, dan minum di warung. Tinggal tunggu dibakar, lalu siap disantap! Seafood yang segar, rasanya manis dan nggak ada amisnya, apalagi bumbunya gurih jadi bikin nambah nasi! Kalau view bukan prioritas, makan di sini enak dan hemat!
3. Kecak Uluwatu
Pertunjukan tari tradisional Indonesia yang paling keren menurut saya adalah Kecak Uluwatu di Bali! Selain karena tariannya unik, latar belakangnya ada pura dan panorama matahari terbenam (sunset) yang spektakuler! Lokasinya tidak jauh, di Pura Luhur Uluwatu, sekitar 40 menit naik mobil dari Bandara Ngurah Rai.

Kecak asal Bali ini merupakan tarian yang dilakukan oleh 50-an pria yang duduk melingkar, mengeluarkan suara, “Cak, cak, cak!” dengan irama tertentu sambil menaikkan kedua lengan ke atas. Sejatinya mereka mengiringi musik melalui suara sendratari legenda Ramayana yang berkisah tentang cinta sejati Rama dan Sita. Lagu tari Kecak sendiri diambil dari ritual tarian Sanghyang yang diciptakan oleh Wayan Limbak pada 1930-an.
Menonton sendratari live ini terasa sangat magis! Apalagi perlahan langit yang tadinya biru berubah menjadi kuning, lembayung, lalu gelap, dan diakhiri dengan tari api. Pertunjukan dimulai jam 18.00 WITA tapi sebaiknya datang setengah jam sebelumnya biar dapat posisi enak. Tiketnya seharga Rp 150 ribu/orang bisa dibeli online.
4. Tulamben
Kalau kamu suka snorkeling, free diving, atau scuba diving, wajib banget ke Tulamben! Jaraknya hanya sekitar 2 jam naik mobil dari Denpasar ke arah timur wilayah Karangasem, dan kita bisa langsung nyebur di pantai untuk melihat bangkai kapal karam (shipwreck)!
Kapal karam tersebut bernama USAT Liberty yang merupakan kapal kargo Angkatan Darat Amerika Serikat yang dibuat pada 1918. Saat Perang Dunia II tahun 1942, kapal tersebut ditorpedo Jepang sampai tenggelam. Letusan Gunung Agung pada 1963 pun menyeretnya sampai ke pantai. Sejak ditemukan pada 1980, Tulamben menjadi sangat populer bagi para penyelam dunia!

Panjang kapalnya 125 meter yang tenggelam dengan posisi miring di kedalaman 5-30 meter. Hanya berenang sepanjang 40 meter dari garis pantai, kita dapat langsung melihat bangkai kapalnya dengan mata telanjang! Badan kapal tersebut sudah dipenuhi aneka terumbu karang warna-warni dan dihuni banyak spesies ikan sehingga terasa seperti bermain di taman laut! Ditambah air lautnya yang jernih tak berombak membuat spot ini jadi sangat Instagrammable!
5. Varuna
Belum banyak yang tahu tentang pertunjukan terbaru di Bali, yaitu Varuna. Baru dibuka Februari 2024, Varuna (artinya Dewa Laut dalam mitologi Hindu) merupakan pertunjukan teatrikal bawah air pertama di Indonesia sambil menikmati hidangan lezat. Teaternya berada di dalam Taman Safari Bali, Kabupaten Gianyar, sekitar setengah jam berkendara dari Denpasar.
Kisahnya tentang seorang anak laki-laki yang terlahir dari dua dunia berbeda: darat dan laut. Dalam petualangannya, ia ditemani oleh makhluk laut yang membantunya mengatasi rintangan. Pertunjukan ini menggabungkan elemen seni pertunjukan, musik, dan teknologi, dengan sound system mutakhir dan pencahayaan yang menakjubkan sampai bikin merinding! Saya sungguh salut menyaksikan para mermaid menari di dalam air dan penari aerial yang bergelantungan!

Tenang aja, kita tidak menonton teater sambil makan, kok! Urutannya begini: pintu dibuka mulai jam 13.30, makan siang enak (waktu itu saya pilih chicken teriyaki dan chocolate lava cake) sambil diiringi band akustik, lalu menonton pertunjukan Varuna. Tiket jenis Premium dan Deluxe sudah termasuk 3-course lunch, kecuali tiket Reguler tanpa lunch bisa beli a la carte. Ingat, kapasitas teater hanya 150 kursi, jadi booking lah beberapa hari sebelumnya. Setelah nonton, kita bisa jalan-jalan melihat satwa lucu-lucu di Taman Safari.
August 27, 2024
The Best Beach Resorts in Bintan!
Mau cerita tentang liburan saya sama Yasmin lagi, ah! Kali ini kami ke Bintan, sebuah pulau di provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Karena jaraknya hanya sejam naik kapal dari Singapura, Pulau Bintan jadi tempat liburan favorit warga dan ekspatriat Singapura. Namun entah mengapa kurang populer bagi warga Jakarta, padahal cuma terbang kurang dari 1,5 jam ke Tanjungpinang. Padahal saya sudah berkali-kali ke Bintan dan selalu suka! Alamnya asri, masih sepi, dan tidak ada macet. Baru mendarat saja langsung disambut langit biru tak berpolusi. Wisatanya juga lengkap, mulai dari kuliner, alam, budaya, sampai religi.
Sebagai penggemar pantai, saya seringnya menginap di daerah Lagoi di utara Pulau Bintan karena pantainya pasir putih, lautnya biru, dan bersih. Minggu lalu, saya dan Yasmin menginap di Kawasan Laguna Bintan yang terdapat tiga hotel resor (Banyan Tree, Angsana, Cassia) dan satu lapangan golf 18-hole (Laguna Golf). Keempat properti tersebut dimiliki oleh Banyan Group, perusahaan global yang memiliki 70 hotel dan 63 spa di 23 negara.

Berikut ulasan ketiga hotel yang terletak bersebelahan dan saling terkoneksi;
Banyan Tree Bintan
Banyan Tree Bintan merupakan resor mewah yang terdiri dari 70 vila eksklusif terbentang di lereng bukit dikelilingi pepohonan rimbun. Desain vilanya bergaya tradisional yang serba kayu dan beratap rumbia. Ini satu-satunya hotel di Bintan yang semua vilanya memiliki kolam pribadi dan menghadap Laut Cina Selatan. Pantainya sungguh cantik dengan bebatuan besar dan jembatan kayu. Dua kolam renang infinity menghadap pantai juga cantik!
Kami menginap di vila tipe Rainforest Oceanview Villa yang luasnya sekitar 100 m², lengkap dengan teras dan plunge pool. Kamar dan produk mandinya wangi aromaterapi sehingga bikin relaks. Furniturnya serba kayu dengan lantai marmer. Kamar mandinya luas dengan jendela besar menghadap laut. Ranjangnya yang berkelambu sangat nyaman, sampai skor tidur di smart watch saya mencapai 90-an!

Setiap pagi kami sarapan di restoran Treetops yang menunya ekstensif. Ciri sarapan prasmanan hotel mewah: pasti ada smoked salmon, aneka susu, dan aneka keju yang semuanya kesukaan saya! Wajib coba makan di restoran Saffron yang spesialis masakan Thailand dan sering memenangkan penghargaan. Chef-nya didatangkan langsung dari Thailand sehingga rasanya otentik; Pad Thai dan Mango Sticky Rice-nya juara! Kalau pengin gastronomi mediterranean, bisa makan di restoran The Cove. Paling enak makan Hokaido Scallop dan Norwegian Salmon. Kalau malas keluar kamar, bisa order paket Blue Moon BBQ. Teras vila kami berubah romantis menjadi ‘restoran’ penuh lilin dan bunga! Chef memanggang ikan sea bass, udang, ayam, steik Angus Beef di depan kami,lalu butler menyajikannya. termasuk aneka appetizer dan dessert. Wow banget rasa dan pelayanannya!
Menginap di Banyan Tree tidak lengkap tanpa merasakan relaksasi di Banyan Tree Spa yang sering memenangkan penghargaan dunia. Serangkaian produk perawatan kulit dan aromaterapi buatan Banyan sendiri, terapis yang berstandar internasional, dan kamar spa yang asri membuat pengalaman spa-nya luar biasa, sampai bikin Yasmin ketiduran!
Angsana Bintan
Angsana Bintan adalah hotel resor bintang lima yang memiliki 109 kamar berlantai empat di tepi pantai eksklusif. Fasilitasnya yang lengkap, seperti kolam renang, Rangers Kids Club, taman bermain, gym, dan Marine Centre (bisa sewa kayaking, snorkelling, standup paddle board, jetski, ATV, beach volleyball, dll) membuatnya disukai untuk liburan keluarga.
Kami menginap di kamar tipe Island Suite seluas 76 m² yang terdiri dari dua ruangan, yaitu bedroom dan living room termasuk dapur dan meja makan, dengan balkon yang menghadap laut. Interiornya paduan antara furnitur kayu modern berwarna krim dan cat tembok oranye warna khas Angsana. Warna kimono batik, sendal kamar batik, sendal jepit, dan handuk pantai pun oranye. Ranjang dan sofanya empuk–Yasmin sampai semalaman tidur di sofa saking nyamannya!

Sarapan prasmanan tersedia di Lotus Cafe dengan menu yang variatif, termasuk booth khusus Instant Noodle yang ternyata disukai banyak turis asing! Setiap hari menunya ganti, paduan kuliner Indonesia, western, Thailand, China, dan India, jadi tidak pernah bosan. Untuk nongkrong cantik melihat sunset atau makan malam, paling oke ke Xana Beach Club. Saat weekend wajib coba paket International BBQ berupa seafood dan steak AYCE (All You Can Eat), termasuk kepiting dan steik ribeye enak!
Enaknya lagi, relaksasi di Angsana Spa. Kalau suka pijatan keras sampai ke deep tissue kayak saya, pilih paket 60-minute Javanese Massage. Kamarnya luas dan resik menghadap taman, mbak terapisnya jago banget dan pijatannya keras, setelah itu dikasih teh jahe dan semangkuk buah dan yogurt.
Cassia Bintan
Cassia Bintan yang baru berdiri pada 2017 ini memiliki 176 apartemen yang terdiri dari 1-bedroom dan 2-bedroom lengkap dengan dapur. Desainnya berjiwa muda dengan warna-warni cat tembok dan furniturnya, serta berbagai mural yang vibrant. Kolam renangnya panjang bermodel infinity di tepi pantai yang kadang dipakai untuk foam party.
Sesuai dengan motonya Live, Laugh, Love Your Way, Cassia berkonsep self-service. Selain bisa masak sendiri di kamar karena ada dapur lengkap, Cassia tidak ada room service, tidak ada daily make up room (kamar dibersihkan hanya setiap dua hari sekali), tidak ada bellboy yang mengangkat koper ke kamar (tapi disediakan troli di lobi)—jadi sangat ramah lingkungan yang minim jumlah staf dan limbah.
Kami menginap di 1-Bedroom Apartment Ocean View yang luasnya sekitar 50 m². Layout-nya efisien dengan WC dan shower terpisah. Dapurnya ada kompor listrik, microwave, toaster, mesin kopi kapsul, teko listrik, berserta peralatan masak dan makan yang lengkap. Handuk pantai, payung, sendal jepit, tas pantai berwarna kuning khas Cassia pun sudah tersedia di lemari.

Masak sendiri? Tenang saja, berbagai bahan makanan untuk masak tersedia di toko Market 23 yang buka 24 jam. Kalau malas masak (kayak saya), bisa makan di restoran Vista. Rekomendasi menu favorit saya: Salmon Teriyaki yang salmonnya gede dipanggang dan Mookata Combo berupa shabu-shabu daging sapi dan seafood. Bagaimana dengan sarapan? Ke Lotus Cafe di Hotel Angsana yang cuma jalan kaki 2 menit.
Aktivitas
Selama seminggu kami menginap, sama sekali tidak bosan karena aktivitasnya banyak! Perhatikan saja daftar aktivitas di setiap lobi hotel, lalu lakukan reservasi. Buktinya, setiap pagi saya berolahraga dengan berenang, ikut kelas yoga atau Zumba, ikut trip Nature Bike (naik sepeda mountain bike), Nature Walk (jalan-jalan santai), Ranger’s Trail (trekking di hutan dan bukit)—semua dipandu dengan instruktur berpengalaman. Sorenya kami ikut Cooking Class (masak Nasi Kecombrang dan Thai Papaya Salad dipandu chef), Body Scrub Workshop (dari bahan alami yang langsung dipakai dan bikin kulit kinclong), dan Sound Healing (terapi suara dari mangkuk logam yang dipandu instruktur India).

Selain makan di dalam restoran ketiga hotel tersebut, kami makan di outdoor dengan setting spektakuler melalui paket Destination Dining. Contohnya, Dinner of the Legend di mana kami makan masakan Indonesia di tepi pantai yang diselubungi kain transparan dan temaram lilin sambil diceritakan legenda lokal. Menu favorit kami: Tongseng Kambing dan Bubur Candil. Atau Kelong Escapade di mana kami dibawa naik kapal ke tengah laut untuk makan seafood di sebuah rumah apung. Menu favorit kami: Kepiting Lada Hitam dan Es Pisang Ijo. Saya sungguh salut mereka bisa mengangkat masakan tradisional Indonesia ke level gastronomi internasional yang bukan hanya cantik dilihat, tapi juga nikmat dirasa.

Salutnya lagi, ketiga hotel ini mengutamakan sustainability supaya lebih ramah iklim seperti yang saya tulis di sini. Contohnya, semua air minum yang telah difilter, disediakan di dalam botol beling. Kantong laundry menggunakan kantong kain. Kalau mau bungkus makanan, diberikan kotak karton. Kita juga bisa melihat langsung konservasi penyu, belajar konservasi di Conservation Workshop, atau melihat para chef memetik sayuran di organic farm.
Jadi, liburan selanjutnya di Bintan, kalian pilih menginap di hotel yang mana? Banyan Tree yang tranquil, Angsana yang family fun, atau Cassia yang vibrant? Yang jelas, semuanya the best!
July 16, 2024
Jadilah traveler yang ramah iklim!
Merasa nggak sih akhir-akhir ini cuaca semakin aneh? Sekarang bulan Juli yang seharusnya musim kemarau tapi masih sering hujan deras, bahkan banjir di sebagian tempat! Kalau ditarik lagi jauh ke belakang, ketika saya bersekolah SD-SMA di Jakarta, ruang kelas tidak ada AC ya santai aja karena saya setua itu zaman dulu cuacanya tidak sepanas sekarang. Bayangkan, berapa derajat Celcius kenaikan suhu bumi!
Penyebab perubahan iklim ini adalah emisi karbon yang merujuk pada pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke atmosfer. Penyumbang terbesarnya adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak, batu bara, dan gas, yang berkontribusi 87% melonjaknya kuantitas CO2 di udara.
Sementara itu, industri pariwisata menyumbang 8% emisi karbon dunia. Sebagai traveler yang menggantungkan hidup dari pariwisata, saya mengaku sangat sulit untuk tidak berkontribusi terhadap perubahan iklim. Tapi Anda tidak usahlah jadi SJW (social “julid” warrior) yang mengecam saya, kecuali jika Anda seorang vegan, tidak traveling sama sekali, dan tidak beranak. Hehe!
Saya yakin kita semua sudah berusaha ramah lingkungan dengan selalu bawa botol minum, tas belanja sendiri, tidak pakai sedotan, dan lain-lain. Tapi ternyata masih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi emisi karbon. Saya belajar saat ikut trip Bumi Journey pada 12-14 Juli 2024 ke Bintan, Kepulauan Riau, bareng rombongan pejuang lingkungan dari Singapura.
Trip inilah yang menginspirasi saya untuk berbagi tip untuk para traveler agar dapat mengurangi emisi karbon, sebagai berikut:

49% dari emisi karbon berasal dari transportasi. Pesawat dan mobil adalah penyumbang emisi terbesar.
– Jalan kaki dan naik sepeda menghasilkan 0 emisi karbon, tapi jika jaraknya jauh dan harus naik kendaraan, pilihlah transportasi umum, seperti bus, kereta, feri.
– Jika menggunakan pesawat terbang, pilihlah kursi kelas ekonomi karena emisi penumpang pesawat ditentukan oleh jumlah ruang yang digunakan di pesawat. Rata-rata, kursi kelas bisnis dua kali lebih besar daripada kelas ekonomi sehingga jejak karbonnya dua kali lipat lebih besar. Jadi kalau ada yang mencela ‘kok nggak naik kelas bisnis sih?’ jawab saja ‘mengurangi emisi karbon!’ meski sebenarnya kita yang nggak sanggup bayar. Hehe!
– Gunakan Google Flights untuk mengecek jumlah emisi karbon yang dihasilkan pada berbagai pilihan pesawat sehingga kita bisa lebih bijak memilih.
Akomodasi
AC dan heater adalah penyumbang terbesar emisi karbon. Semakin besar dan lengkap fasilitas hotel, maka semakin besar menghasilkan emisi karbon karena kolam renang, spa, gym boros energi.
– Menginap di hostel (7,8 kg CO2/orang/malam) lebih rendah emisinya daripada hotel (31 kg CO2/orang/malam).
– Lebih baik menginap di homestay, Airbnb, atau bahkan di rumah teman/saudara karena emisi karbonnya jauh lebih kecil.
– Menginap di hotel bintang lima tidak salah juga (apalagi saya doyan banget!), tapi kita bisa memilih hotel yang ramah lingkungan atau yang punya program konservasi.
– Hematlah listrik dengan mematikan lampu, AC, TV, charger, saat tidak dibutuhkan.
– Mengganti handuk, seprai, dan sarung bantal hotel hanya kalau benar-benar dibutuhkan.
Makanan
Produksi makanan menyumbang seperempat emisi gas rumah kaca dunia. Menanam, memproses, mengangkut, mengemas, mendinginkan, dan memasak semuanya membutuhkan energi.
– Pilih makanan yang berasal dari lokal, bukan impor. Ingat, semakin jauh bahan makanan berasal maka semakin besar emisi karbonnya karena harus melalui transportasi.
– Jangan membuang makanan! Paling sering terlihat: sarapan prasmanan di hotel ambilnya nggak kira-kira banyaknya, tapi nggak dihabiskan! Ketika makanan terbuang, semua emisi yang dihasilkan dari produksinya menjadi sia-sia. Malah, makanan yang terurai di tempat pembuangan akhir akan menghasilkan metana yang 21 kali lebih kuat daripada karbon dioksida.
Aktivitas
– Ikut tur yang 0 emisi karbon, seperti free walking tour. Ini ada di banyak kota di seluruh dunia, kok!
– Pilih aktivitas yang mendukung konservasi alam, warisan budaya, atau terlibat dalam pengalaman konservasi langsung. Contohnya, saat saya ikut tur Bumi Journey di Bintan yang aktivitasnya mengunjungi budidaya teripang, menanam bakau di Pulau Dompak, dan tur budaya Melayu di Pulau Penyengat.
– Belanja suvenir yang bermakna yang dibuat oleh pengrajin lokal daripada barang produksi massal yang diimpor dari luar negeri.
Menyerap Emisi Karbon
Kita bisa mengembalikan emisi karbon yang dihasilkan ke bumi dengan mendukung proyek yang menangkap emisi karbon. Caranya dengan menghitung jumlah emisi karbon dari perjalanan yang kita lakukan di sini. Setelah mendapatkan angka Blue Carbon Package (BCP), kita bisa offset emisi yang sudah dikeluarkan dengan membeli tanaman bakau (mangrove) di sini. Mengapa bakau? Karena hutan bakau dapat menyerap 10 kali lebih banyak karbon daripada hutan darat.
Duile, mau jalan-jalan aja ribet banget sih? Duit-duit gue, kok elo yang rese? Ngerugiin hidup elo juga nggak! Ya, nggak salah sih! Kita memang bukan kayak rombongan Singapura itu yang ekonominya sudah mapan sehingga bisa memikirkan keberlangsungan dunia setelah urusan perut terpenuhi. Tapi kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi? Saya yakin pembaca blog ini berpendidikan dan berekonomi menengah ke atas (amin!) jadi kita punya kemampuan untuk menjadi agen perubahan. Meskipun pada akhirnya, pariwisata dan perjalanan akan tetap menghasilkan emisi karbon, tapi sebisa mungkin kita berusaha menjadi traveler yang ramah iklim.
Saya tidak dibayar ataupun menerima komisi dalam menulis artikel ini. Bila Anda menyukai tulisan saya, silakan berkontribusi dengan menyumbang “uang jajan” di sini supaya saya semakin semangat berbagi kisah dan inspirasi di blog yang berusia 19 tahun ini. Terima kasih!
Trinity's Blog
- Trinity's profile
- 234 followers
