Kehidupan Quotes
Quotes tagged as "kehidupan"
Showing 1-30 of 346

“Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriaannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia sakit.”
― Child of All Nations
― Child of All Nations

“Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.”
― Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara
― Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara

“Saya tak tahu, berapa waktu yang tersisa untuk saya. Satu jam, satu hari, satu tahun, sepuluh, lima puluh tahun lagi? Bisakah waktu yang semakin sedikit itu saya manfaatkan untuk memberi arti keberadaan saya sebagai hamba Allah di muka bumi ini? Bisakah cinta, kebajikan, maaf dan syukur selalu tumbuh dari dalam diri, saat saya menghirup udara dari Yang Maha?”
― Risalah Cinta
― Risalah Cinta

“Setiap pengalaman yang tidak dinilai baik oleh dirinya sendiri ataupun orang lain akan tinggal menjadi sesobek kertas dari buku hidup yang tidak punya makna. Padahal setiap pengalaman tak lain daripada fondasi kehidupan”
― Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 2
― Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 2

“Karena kau harus tahu, air mata dari seseorang yang tulus hatinya, justru adalah bukti betapa kuat dan kokoh hidupnya”
― Amelia
― Amelia
“Anak-anak muda jaman sekarang itu lucu dan agak susah dimengerti. Mereka cukup bersemangat membuat berbagai macam proposal untuk kegiatan organisasi yang mereka ikuti. Tapi proposal hidup yang berisi visi dan strateginya meraih mimpi, justru lupa mereka buat sendiri.”
―
―
“Hidup ini selebar layar tv, jika kita membukanya, lelahku lelahmu tak cukup untuk mengarunginya. Dan jika kita menutupnya tak butuh satu tarikan nafas untuk selesai... untuk sudah.”
― Dua Tangisan pada Satu Malam
― Dua Tangisan pada Satu Malam

“Kematian selalu membuntuti Kehidupan dengan begitu dekat, bukanlah karena keharusan biologis, melainkan karena rasa iri. Kehidupan ini begitu indah, sehingga maut pun jatuh cinta padanya. Cinta yang pencemburu dan posesif, yang menyambar apapun yang bisa diambilnya”
― Life of Pi
― Life of Pi
“Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terrekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.”
―
―

“Orang yang benar-benar berani adalah yang mencintai hidup dan mendambakannya sebagai harta kekayaan yang sekali hilang takkan dapat ditemukan kembali.”
― Musashi
― Musashi
“Hidup itu bukan perjuangan tapi perjalanan. melangkahlah kemanapun kau mau tapi ingat cepat atau lambat kita semua akan bertemu ditempat yang sama.”
―
―

“Cinta sulit dipercaya, tanyakan pada siapapun yang sedang jatuh cinta.
Kehidupan ini juga sulit dipercaya, tanyakan pada ilmuwan manapun.
Tuhan juga sulit dipercaya, tanyakan pada siapapun yang memercayainya.
Kenapa Anda tidak menerima hal-hal yang sulit dipercaya?”
― Life of Pi
Kehidupan ini juga sulit dipercaya, tanyakan pada ilmuwan manapun.
Tuhan juga sulit dipercaya, tanyakan pada siapapun yang memercayainya.
Kenapa Anda tidak menerima hal-hal yang sulit dipercaya?”
― Life of Pi

“Ada orang-orang yang menerima perjodohan hanya demi melangsungkan kehidupan dan bisa berketurunan.”
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
― Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku
“Jujur, aku kadang iri ama teman-teman yang resign dan sekilas bahagia di tempat yang baru.
Lalu aku mencoba menetralisir & mensupport diri dan berkata, "ya udah fajrin setiap orang sudah punya bidang & bidang mereka berbeda-beda, rezekinya pun juga berbeda".”
―
Lalu aku mencoba menetralisir & mensupport diri dan berkata, "ya udah fajrin setiap orang sudah punya bidang & bidang mereka berbeda-beda, rezekinya pun juga berbeda".”
―
“Rumah adalah tempat tinggal untuk semua kembali selagi manusia masih berpijak di tanah. Mau manusia berilmu, berduit, berjuang di tempat kerja.”
―
―
“Jujur, aku kadang iri ama teman-teman yang resign dan sekilas bahagia di tempat yang baru.
Lalu aku mencoba menetralisir & mensupport diri dan berkata, "ya udah fajrin setiap orang sudah punya berbeda".”
―
Lalu aku mencoba menetralisir & mensupport diri dan berkata, "ya udah fajrin setiap orang sudah punya berbeda".”
―
“Jujur, aku kadang iri sama teman-teman yang resign dan sekilas bahagia di tempat yang baru.
Lalu aku mencoba menetralisir & mensupport diri kemudian berkata, "ya udah fajrin setiap orang sudah punya bidang & bidang mereka berbeda, rezekinya pun berbeda".”
―
Lalu aku mencoba menetralisir & mensupport diri kemudian berkata, "ya udah fajrin setiap orang sudah punya bidang & bidang mereka berbeda, rezekinya pun berbeda".”
―

“Laksana alunan melodi dari beragam nada, perbedaan dalam kehidupan menciptakan simfoni keindahan dan kesatuan.”
―
―
“Setiap bagian dari tubuhmu adalah sistem yang sedang menuju kehancuran. Tidak peduli seberapa sehat kamu hari ini, tidak peduli seberapa keras kamu merawatnya, tubuhmu perlahan tapi pasti sedang menuju titik di mana semuanya berhenti bekerja.
Otakmu, pusat kesadaran yang kamu anggap sebagai identitasmu, hanyalah jaringan listrik dan reaksi kimia yang semakin hari semakin melemah. Neuron-neuron yang dulu tajam kini mulai kehilangan efisiensinya. Memori yang kamu anggap abadi akan pudar, sampai akhirnya kamu tidak lagi mengenali dirimu sendiri. Saat otakmu mati, semua yang pernah kamu rasakan, pikirkan, dan impikan akan lenyap—seolah tidak pernah ada.
Jantungmu, mesin biologis yang tanpa lelah memompa darah ke seluruh tubuh, perlahan akan melemah. Dinding pembuluh darah yang dulu fleksibel kini menebal, aliran darahmu melambat, dan suatu hari, denyut yang selama ini kau anggap biasa akan berhenti selamanya. Tanpa suara, tanpa peringatan, hanya sebuah akhir yang tak bisa dihindari.
Paru-parumu, organ yang menghidupimu dengan udara, juga tidak luput dari hukum entropi. Seiring waktu, elastisitasnya berkurang, kapasitasnya menurun, dan perlahan tapi pasti, setiap tarikan napas menjadi pengingat bahwa kamu semakin dekat dengan kesudahan.
Tulang dan ototmu, yang dulu kuat dan penuh tenaga, kini menjadi rapuh. Setiap gerakan mulai terasa berat, persendianmu mulai berderit seperti mesin tua yang kehilangan pelumasnya. Tidak peduli seberapa keras kamu berolahraga, tidak peduli seberapa banyak vitamin yang kamu konsumsi—semuanya hanya menunda yang tak terelakkan.
Kulitmu, yang dulu kencang dan segar, mulai mengendur, penuh garis-garis halus yang mengingatkan bahwa waktu tidak pernah berhenti. Luka yang dulu sembuh dalam hitungan hari kini butuh waktu lebih lama, sampai akhirnya tubuhmu tidak lagi bisa memperbaiki dirinya sendiri.
Di dalam dirimu, sel-selmu, yang pernah beregenerasi dengan sempurna, mulai melakukan kesalahan. Mutasi kecil yang tidak terlihat mulai menumpuk. Sistem yang dulu berjalan mulus mulai kehilangan keseimbangan. Pada akhirnya, tubuhmu sendiri akan menjadi musuhnya, membiarkan entropi mengambil alih dan membawa semuanya menuju kehancuran yang pasti.
Ini bukan spekulasi, ini adalah fakta. Entropi tidak peduli seberapa keras kamu mencoba melawan. Tidak ada teknologi, tidak ada ilmu, tidak ada doa yang bisa menghentikan proses ini. Pada akhirnya, tubuhmu akan kembali ke tanah, menjadi debu, menyatu dengan sistem yang lebih besar—sama seperti jutaan makhluk lain yang telah lenyap sebelum kamu. Satu-satunya pertanyaan yang tersisa adalah: apakah kamu akan menjalani hidupmu dengan menyadari kepastian ini, atau terus bersembunyi dalam ilusi bahwa kamu bisa menghindarinya?”
―
Otakmu, pusat kesadaran yang kamu anggap sebagai identitasmu, hanyalah jaringan listrik dan reaksi kimia yang semakin hari semakin melemah. Neuron-neuron yang dulu tajam kini mulai kehilangan efisiensinya. Memori yang kamu anggap abadi akan pudar, sampai akhirnya kamu tidak lagi mengenali dirimu sendiri. Saat otakmu mati, semua yang pernah kamu rasakan, pikirkan, dan impikan akan lenyap—seolah tidak pernah ada.
Jantungmu, mesin biologis yang tanpa lelah memompa darah ke seluruh tubuh, perlahan akan melemah. Dinding pembuluh darah yang dulu fleksibel kini menebal, aliran darahmu melambat, dan suatu hari, denyut yang selama ini kau anggap biasa akan berhenti selamanya. Tanpa suara, tanpa peringatan, hanya sebuah akhir yang tak bisa dihindari.
Paru-parumu, organ yang menghidupimu dengan udara, juga tidak luput dari hukum entropi. Seiring waktu, elastisitasnya berkurang, kapasitasnya menurun, dan perlahan tapi pasti, setiap tarikan napas menjadi pengingat bahwa kamu semakin dekat dengan kesudahan.
Tulang dan ototmu, yang dulu kuat dan penuh tenaga, kini menjadi rapuh. Setiap gerakan mulai terasa berat, persendianmu mulai berderit seperti mesin tua yang kehilangan pelumasnya. Tidak peduli seberapa keras kamu berolahraga, tidak peduli seberapa banyak vitamin yang kamu konsumsi—semuanya hanya menunda yang tak terelakkan.
Kulitmu, yang dulu kencang dan segar, mulai mengendur, penuh garis-garis halus yang mengingatkan bahwa waktu tidak pernah berhenti. Luka yang dulu sembuh dalam hitungan hari kini butuh waktu lebih lama, sampai akhirnya tubuhmu tidak lagi bisa memperbaiki dirinya sendiri.
Di dalam dirimu, sel-selmu, yang pernah beregenerasi dengan sempurna, mulai melakukan kesalahan. Mutasi kecil yang tidak terlihat mulai menumpuk. Sistem yang dulu berjalan mulus mulai kehilangan keseimbangan. Pada akhirnya, tubuhmu sendiri akan menjadi musuhnya, membiarkan entropi mengambil alih dan membawa semuanya menuju kehancuran yang pasti.
Ini bukan spekulasi, ini adalah fakta. Entropi tidak peduli seberapa keras kamu mencoba melawan. Tidak ada teknologi, tidak ada ilmu, tidak ada doa yang bisa menghentikan proses ini. Pada akhirnya, tubuhmu akan kembali ke tanah, menjadi debu, menyatu dengan sistem yang lebih besar—sama seperti jutaan makhluk lain yang telah lenyap sebelum kamu. Satu-satunya pertanyaan yang tersisa adalah: apakah kamu akan menjalani hidupmu dengan menyadari kepastian ini, atau terus bersembunyi dalam ilusi bahwa kamu bisa menghindarinya?”
―
“Barangkali ini bukan tentang siapa yang salah. Tapi tentang dua jiwa yang lelah saling salah paham. Dan Allah hadirkan perpisahan, bukan sebagai hukuman... tapi sebagai jeda untuk mengenal-Nya lebih dalam.”
―
―

“Yang hidup harus tetap bekerja. Itulah satu-satunya yang bisa dilakukan agar saat mati nanti tetap mati dengan terhormat. Tidak mati sebagai wong kere.”
― Entrok
― Entrok

“Tiada seorang manusia pun yang meminta untuk dilahirkan. Mereka dihadirkan di dunia ini tanpa izin, tanpa konsensus sama sekali. Mengapa mereka masih saja berkata bahwa hidup ini adalah pilihan?”
― Dari Dalam Kubur
― Dari Dalam Kubur

“Bagi mereka yang mencintai kehidupan, (kematian) tentu saja mengerikan, sayangku. Tapi, jelas terdengar menjemukan di telinga orang hamba yang sehari-hari berhadapan dengan kematian (hlm. 55).”
― Kura-Kura Berjanggut
― Kura-Kura Berjanggut
All Quotes
|
My Quotes
|
Add A Quote
Browse By Tag
- Love Quotes 100.5k
- Life Quotes 79k
- Inspirational Quotes 75.5k
- Humor Quotes 44k
- Philosophy Quotes 30.5k
- Inspirational Quotes Quotes 28.5k
- God Quotes 27k
- Truth Quotes 24.5k
- Wisdom Quotes 24.5k
- Romance Quotes 24k
- Poetry Quotes 23k
- Life Lessons Quotes 22k
- Quotes Quotes 20.5k
- Death Quotes 20.5k
- Happiness Quotes 19k
- Hope Quotes 18.5k
- Faith Quotes 18.5k
- Inspiration Quotes 17k
- Spirituality Quotes 15.5k
- Relationships Quotes 15.5k
- Religion Quotes 15.5k
- Motivational Quotes 15k
- Life Quotes Quotes 15k
- Love Quotes Quotes 15k
- Writing Quotes 15k
- Success Quotes 14k
- Motivation Quotes 13k
- Travel Quotes 13k
- Time Quotes 13k
- Science Quotes 12k